106
Setelah mendengarkan pesan suara dari Damar, perasaan bersalah dan gelisah menghantui Maudy. Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, sangat tidak memungkinkan jika ia harus izin keluar. Terlebih saat Robert sedang melarangnya untuk berpergian sendiri.
Yang Maudy lakukan sedari tadi hanyalah mondar-mandir seraya menggigit jari-jarinya.
“Argh ...,” erang Maudy, ia benar-benar merasa prustasi. “Gimana dong ini,” lirihnya.
Secara tiba-tiba terbesit sebuah ide di pikiran Maudy. Apa ia minta bantuan kepada Mahen aja supaya dapat izin keluar rumah. Tapi tidak mungkin mengganggu Mahen melihat waktu sudah terlalu larut.
“Terus gimana dong?” Maudy bertanya pada dirinya sendiri.
Raut wajah Maudy berubah kembali menjadi panik, ia mengacak-ngacak rambutnya kasar.
Saat Maudy sedang berperang dengan pikirannya, tiba-tiba hadnphonenya berbunyi. Tanpa menunggu lama Maudy meraih handphone yang ada di atas meja belajarnya.
Ternyata itu panggilan masuk dari Mahen, kebetulan yang sangat menguntungkan. Segera Maudy menerima panggilan itu.
“Halo, Kak, kenapa?” tanya Maudy, ingin basa-basi terlebih dahulu.
“Kok belum tidur? tadinya gue mau nge-check doang, soalnya gak enak tiba-tiba nelepon lo cuman mau minta temenin nugas tadi.”
“Sebenernya kita tiba-tiba deket kayak udah kenal lama aja udah aneh, sih, kak.”
Mahen tertawa mendengar ucapan Maudy barusan, ada benarnya. Jika diingat mereka baru kenal beberapa hari yang lalu, namun seperti sudah kenal lama.
“Kenapa lo belum tidur? gue aduin ayah lo, ya?” ancam Mahen, dengan nada bercanda tentu saja. Karena setelah mengatakan hal itu Mahen tertawa kecil.
Maudy menghela napas kasar. Helaan napas Maudy membuat suasana seketika menghening, dari balik telepon Mahen menjadi penasaran apa yang terjadi pada Maudy.
“Is everything okay?”
“Ya. Maybe.”
“Cerita aja, Ody. Maybe gue bisa bantu lo.”
Maudy menghela napas kembali secara kasar, lalu ia mulai menceritakan semuanya kepada Mahen.
“Oke, gue bakalan bantu lo, tunggu sebentar, ya.”
“Tapi, kak-” Sayangnya saat Maudy hendak kembali bersuara, sambungan telepon diputus secara sepihak oleh Mahen.