113
“Gue dari dulu cuman punya Kakak, Bang. Dia yang selalu ngobatin gue waktu gue dapet hukuman. Tapi setelah Kakak gak ada, gue gak ada siapa-siapa Bang. Sampe gue punya tetangga baru yaitu Gema sama Bundanya,” kata Revano, yang kini sedang menceritakan semuanya kepada Mahen.
Awalnya Revano ragu, namun tak tau kenapa tiba-tiba ia menceritakan semuanya kepada Mahen.
“Bunda Gema ngobatin luka gue setiap gue kena hukum, Bang. sebagai gantinya gue harus jadi temen Gema sekaligus harus jaga Gema, Bang. Gema pernah hampir jadi korban penculikan dan itu trauma terbesarnya.”
Mahen menghela napas kasar setelah mendengar semua cerita dari Revano. Begitu rumit dan menyakitkan.
“Gue harus gimana, Bang?” tanya Revano, ia sudah pasrah dengan keadaan.
“Pilih salah satu dari mereka,” jawab Mahen.
Revano menyerngit saat mendengar jawaban Mahen, ia seperti kebingungan.
“Gema ... Pilih Gema,” kata Mahen, membuat Revano semakin kebingungan.
“Lo punya tanggung jawab ke Gema, perlahan jadikan Gema rumah untuk lo pulang, Vano,” lanjut Mahen.
Revano menatap liar ke arah lain, ia enggan menatap Mahen, lalu Revano tersenyum kecil.
“Lo suruh gue milih Gema, bukan karena lo suka Maudy, kan, Bang?”
Mahen tertawa kecil lalu menjawab, “Percaya gue. Lo gak akan pernah bahagia kalo nyimpen dua nama sekaligus di hati lo, Vano.”
Setelah mengakatakan hak itu Mahen keluar dari kamar yang Revano tempatkan untuk malam ini.