#.
Hari ini Embun telah menyelesaikan jadwal check up nya dengan dokter Keenan. Galaxy ia titipkan ke Cherry, semua persediaan untuk Galaxy pun telah ia siapkan.
Kini Embun dengan perasaan yang senang, ia hendak memberikan suprise ke Sandy.
Walaupun bukan hari spesial, hanya saja ia ingin menghabiskan waktunya dengan Sandy hari ini, tanpa ada Galaxy.
Kini Embun sudah berada tepat di depan pintu rumah Sandy, ia belum mengabari Sandy, karena emang tujuannya untuk memberikan kejutan untuk Sandy.
Ketika tangan Embun hendak mengetuk pintu, ia mengurungkan niatnya saat mendengar suara teriakan dari dalam.
“Papa harusnya sadar diri!” Suara teriakan Sandy dari dalam sana.
Embun sedikit terkejut, ia belum pernah mendengar Sandy semarah ini sebelumnya.
Dengan siapa Sandy marah? Siapa yang ia sebut papa?
“Kak Sandy kenapa ya?” Monolog Embun.
Embun hendak mengurungkan niatnya untuk memberi kejutan ke Sandy, dan ia hendak melangkah pergi dari sana.
Ceklek
Langkah Embun terhenti ketika ia mendengar suara pintu terbuka.
Ia membalikan badannya, matanya tersorot pada seseorang yang baru saja keluar dari sana. Seseorang yang sangat ia kenal.
Papa Arkananta — sosok yang pernah menjadi papa mertuanya, dan beberapa saat yang lalu ia mendengar bahwa sosok inilah papa yang di maksud oleh Sandy.
Embun tidak tau harus apa, ia shock tentu saja, namun ia tetap diam.
“Embun,” tegur Sandy sedikit kaget ketika melihat Embun di sana.
“Embun, kamu apa kabar nak?” Tanya Papa Arkananta.
Namun tidak ada jawaban dari Embun, ia masih diam seperti tadi.
“Pa pulang!” Usir Sandy sedikit berteriak.
Tidak ingin membuat keadaan semakin rumit, Papa Arkananta memilih untuk pergi dari sana, meninggalkan Embun dan juga Sandy yang masih diam.
“Embun, kamu ngapain kesini?” Tanya Sandy dengan lembut, ia hendak memegang tangan Embun, namun dengan segera ditepis oleh Embun.
“Ini,” ucap Embun seraya menyerahkan sebuah plastik yang berisikan kotak cake yang ia belikan tadi. “Cake buat kakak, hari ini Embun mau ke kampung lagi, Embun pulang naik bus bareng Galaxy, Hujan gak ikut,” lanjutnya panjang lebar.
Sandy sedikit kaget ketika mendengar bahwa Embun hendak pulang kampung lagi.
“Gak, aku aja yang nganter.” Sandy menolak keputusan Embun buat pulang kampung sendirian.
Embun menatap mata Sandy dengan penuh amarah, namun anehnya ia tidak bisa marah. Bahkan untuk mengatakan hal jujur saja ia tidak bisa.
Embun tersenyum selembut mungkin. “Memang salah menaruh kepercayaan sama manusia,” tegas Embun. “Aku pamit,” finishnya lalu membalikan badannya hendak pergi dari sana.
Namun langkah Embun lagi-lagi terhenti karena tangannya ditahan oleh Sandy.
“Aku bisa jelasin semuanya Embun,” ucap Sandy dengan penuh harap.
Embun tertawa tipis, ia menghempaskan tangannya dengan kasar, membuat tangan Sandy yang tadi menggenggam tangannya, kini terlepas.
“Apa lagi kak? Mau jelasin kalo sebenarnya kakak itu adik Jonathan mantan suami aku?” Sindir Embun.
“Gak usah kak, Embun udah tau barusan,” tolaknya dengan tegas.
Sandy terlihat panik dan juga merasa sangat bersalah. “Maaf, maaf dan maaf, aku bisa jelasin,” mohonnya dengan sungguh-sungguh.
“Embun pamit ya, permisi.” Kini Embun benar-benar pergi dari hadapan Sandy.
Sandy tidak menahan Embun, ia tau bahwa dirinya salah. Salah tidak jujur dari awal. Kini ia harus menanggung semuanya.
Namun dia tidak akan membiarkan Embun pergi, ia hanya akan memberikan Embun waktu untuk meredakan emosinya.
Hati Embun terasa sangat sakit, langkahnya terasa sangat berat. Untuk yang kesekian kalinya ia harus jatuh lagi.
“Ayo Embun pasti bisa,” ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Embun menatap mata kecil Galaxy yang sedang terpejam erat. Galaxy Dirgantara, satu-satunya harapan dan juga alasannya bertahan di dunia ini.
“Hari ini bunda sakit lagi Galaxy,” ucap Embun berbicara dengan buah hatinya yang sedang tertidur nyenyak.
Ia marah, dan juga kecewa dengan Sandy. Ia merasa telah dibohongi selama ini.
“Kira-kira nanti bunda bisa gak ya jadi bunda dan juga ayah untuk Galaxy?”
Embun kembali menangis, setelah sekian lama ia tidak pernah merasakan sakit seperti ini.
“Kira-kira Galaxy kecewa gak ya sama bunda kalo suatu saat-” ucapan Embun terpotong, ia tidak kuat untuk melanjutkan ucapannya. “Kalo suatu saat Galaxy tau bunda pernah dibuang sama ayahnya sendiri,” sambungnya sebelum tangisnya benar-benar pecah.
Embun tidak pernah berpikir bahwa masa depan Galaxy akan sangat buruk, karena ia telah menaruh harapan besar terhadap Sandy.
Namun hari ini, hari ini ia kembali harus menguburkan harapan tersebut.
Ia harus berjuang sendiri, berjuang menjadi seorang ibu dan juga ayah untuk Galaxy.
“Galaxy Dirgantara, apapun yang terjadi nanti, bunda akan jadi perisai dan juga malaikat untuk kamu.” Embun mengecup pipi Galaxy, menyalurkan semua kasih sayang dirinya terhadap Galaxy.
Bunda akan terus jadi malaikat di hidup Galaxy, walaupun bunda tidak memiliki sayap -Embun Gayatri