126
Flashback on
Hari ini entah mengapa Jovas begitu bosan, karena itu dia memilih untuk keluar dari rumahnya hanya untuk sekedar menghilangkan rasa bosan.
Kaki Jovas dengan instingnya melangkah ke sebuah taman yang di dekatnya ada sebuah pemakaman. Saat Jovas sampai di sana tidak sengaja dia melihat seorang perempuan yang terlihat begitu sedih.
Jovas bukan tipe orang yang gampang bergaul, tapi Jovas adalah tipe orang yang sangat gampang merasa kasihan, terlebih kepada seorang perempuan.
Dengan langkah sedikit ragu Jovas menghampirinya.
“Kehilangan seseorang memang sesakit itu.”
Jovas mengucapkan kalimat pertamanya, dapat Jovas lihat perempuan itu tersentak dengan suara Jovas.
“Aku turut berduka cita, ya?” Kata Jovas tidak yakin. Pasalnya dia hanya menebak saja kalau perempuan itu baru saja kehilangan.
“Nama aku Jovas.” Jovas mengulurkan tangannya mengajak perempuan itu untuk berkenalan.
Jovas mengira dia akan ditolak begitu saja. Ternyata dia tidak ditolak, Jovas tersenyum tipis ketika uluran tangannya diterima oleh perempuan itu.
“Milla.”
Tidak lama mereka berkenalan sebab Jovas merasakan tangan Milla bergetar, dia pun melepaskan uluran tangannya.
Jovas semakin yakin kalau perempuan bernama Milla yang ada di hadapannya ini sekarang memang baru saja kehilangan, dilihat dari mukanya yang sendu dan mata yang sembab. Jovas bingung harus berbuat apa lagi sekarang, hingga matanya menatap liar ke sekitaran sana. Sampai mata Jovas bertemu dengan sebuah rumah tua yang sering dia datangi.
Sepertinya Jovas akan mengajak Milla ke sana, tapi Jovas tidak yakin kalau ajakannya akan diterima. Setelah Jovas mengajaknya siapa sangka Milla menerimanya? Jovas tersenyum senang mendengar ajakannya diterima oleh Milla. Setidaknya dirinya yang sama sekali tidak bisa bersosialisasi kini punya sedikit kemajuan.
Flashback off
Berawal dari kasihan kini Jovas sudah berteman dekat dengan Milla. Bahkan gadis itu lebih mempercayai Jovas daripada Robert—sahabatnya sendiri.
Saat ini Jovas terpaksa harus meninggalkan Milla sendirian di rumah sakit sendirian. Sebenarnya Jovas tidak enak hati, namun Jovas harus. Jovas berada di rumahnya—tepatnya di ruangan rahasia yang sering dia gunakan untuk menyimpan barang-barang berharganya—hanya diam dan tidak berbuat apa-apa.
Sampai tangan Jovas terangkat meletakkan sebuah pisau kesayangannya di sana. Pisau yang selalu dia gunakan untuk membunuh ayam-ayam betina tentu saja. Sepertinya Jovas harus menyimpan pisau itu untuk sementara.
Setelah memastikan pisaunya itu tersimpan dengan rapi di sana, Jovas tidak langsung keluar dari ruangan. Dia berjalan pelan menyusuri ruangan itu, melihat barang-barang apa saja yang ada di sana. Hingga dia berdiri di depan sebuah lemari. Dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana Jovas tersenyum tipis menatap lemari itu.
Tidak lama karena Jovas tersadar dia harus kembali menemani Milla. Kasihan kalau dia sendirian di sana.