61
Dua jam sebelumnya, saat Revano hendak berangkat menghampiri Maudy. Tiba-tiba Reno harus mendapatkan panggilan dari Nina, Mama Gema.
Mau tidak mau Revano harus mengangkatnya dan sudah dapat dipastikan ia akan terlambat.
“Halo, Bun.” Seperti biasa Revano akan memanggil Nina dengan sebutan Bunda. Alasannya karena kedekatakan mereka yang sudah seperti keluarga.
“Halo, Nak. Kamu hari ini ulang tahun, kan? Ayo ke rumah Bunda, Bunda sama Gema udah masak, loh, buat hari ini.”
Revano mengehembuskan napas kasar, karena tiba-tiba ia dihadapkan dengan situasi yang sulit.
Tidak enak jika Revano menolak ajakan Nina, terlebih Nina sudah masak untuk merayakan ulang tahun Reno.
Bagi Revano memang hari ulang tahun adalah hari yang sangat tidak ia tunggu, bahkan ia sangat membenci saat hari itu tiba. Namun saat bersama Maudy atau keluarga Gema, ia menjadi lupa dengan segala luka, yang ia dapat di hari itu.
Sambungan telepon tertutup saat Revano menjawab iya. Terdengar ketidakpastian di jawaban itu. Tapi Revano berusaha untuk menghargai.
Tanpa menunggu lama lagi Revano segera memacu mobilnya. Menuju rumah Gema, bukan ke tempat di mana Maudy sudah menunggunya di sana.
Sesampainya Revano di rumah Gema, ia disambut dengan ramah seperti biasa oleh Nina dan Gema. Nina tidak berbohong saat ia mengatakan, bahwa ia sudah masak untuk merayakan ulang tahun Revano.
Karena saat Revano diajak masuk ke dalam, ia melihat begitu banyak makanan yang sudah tersedia di meja ruang tamu. Bahkan Revano dibuat heran, siapa yang akan menghabiskan semua itu.
“Kamu duduk aja dulu di sana sama Gema, Bunda mau ambil sesuatu di dapur,” ucap Bunda, lalu beranjak meninggalkan Revano dan Gema.
Tanpa menunggu lagi, Revano dan Gema segera menuju ke sofa ruang tamu. Saat keduanya sudah berada di sana, tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka, baik dari Revano maupun Gema.
Tiba-tiba suasana menjadi canggung, padahal biasanya saat Revano ada di sana, Gema akan berisik, dan Revano akan tertawa tidak datar seperti sekarang.
Gema memparhatikan gerak-gerik Revano yang sedang fokus dengan handphone miliknya.
“Re-”
“Nak Vano, bantu Bunda sebentar.” Suara Nina memotong Gema yang hendak berbicara.
Segera Revano beranjak menuju ke dapur, ia meletakkan handphonenya terlebih dahulu di meja.
Cahaya yang memantul dari handphone Revano menarik perhatian Gema. Gadis itu meraih handphone milik Revano, dan melihat handphone tersebut menampilkan room chat Revano dengan Maudy.
Terntara Revano hendak mengirimkan pesan untuk Maudy, namun sayangnya pesan itu belum sempat Revano kirimkan, karena ia dipanggil Nina.
Entan apa yang terbesit di benak Gema, ia segera menghapus pesan yang akan dikirimkan Revano untuk Maudy. Bahkan Gema menghapus nama Gema dari roomchat.
Pesan yang akan dikirmkan Revano berbunyi Ody, aku harus ke rumah Gema sebentar. Kamu pulang aja dulu, ya? Habis dari rumah Gema, nanti aku jemput.
Dan sayangnya pesan itu tidak sampai ke Maudy, karena Gema. Membuat Maudy harus menunggu tanpa kabar dari Revano.
Saat Revano kembali dengan napan yang berisikan gelas. Segera Gema meletakkan handphone milik Revano.
Namun pergerakan Gema menimbulkan kecurigaan, sehingga Revano melemparkan tatapan tajam kepadanya.
“Kenapa?” tanya Revano tiba-tiba.
“Ah, itu enggak, kok,” jawab Gema dengan gelagat yang membuat Revano menatapnya penuh kecurigaan.
“Kamu megang handphone aku?”
Gema menggeleng kuat. “No! He he, aku gak mungkin megang handphone kamu tanpa izin.”
Tanpa memperpanjang lagi, Revano segera duduk di tempat semula. Bahkan setelah satu jam dirinya berada di rumah Gema, ia masih belum tersadar, pesannya belum tersampaikan ke Maudy.
“Vano aja yang bawa, Bun,” ucap Revano seraya menahan tangan Nina, saat Nina hendak membawa piring kotor ke dapur.
Lalu tanpa menunggu lama Revano membereskan semuanya tentus saja dengan bantuan Nina. Sedangkan Gema, gadis itu memilih untuk tetap duduk di sofa.
Saat Revano dan Nina sedang sibuk di dapur, handphone Revano yang laki-laki itu tinggalkan di meja, berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.
Lagi-lagi Gema meraih handphone milik Revano. Saat ia membaca pesan masuk dari Maudy, lagi-lagi gadis itu membalasnya. Tak lupa ia menghapus nama Maudy dari roomchat, agar tidak ketahuan oleh Revano.
Untung saja Revano kembali cukup lama dari dapur, jadi Gema merasa sangat aman.
Saat Revano kembali, ia meraih handphonenya dan hanya melihat layar kunci, sama sekali tidak ada balasan dari Maudy. Membuatnya sedikit cemas dan takut.
“Nak Vano jangan pulang dulu, ya? Di sini dulu, Bunda kangen sama kamu.”
Padahal baru saja Revano hendak izin untuk pulang, ia takut Maudy akan marah, karena sudah dua jam Revano di sini.
Namun Revano sama sekali tidak berani membantah Nina. Nina sudah ia anggap seperti ibunya, bahkan lebih dari itu.
Waktu demi waktu Revano habiskan berbicara dengan Nina, mendengarkan semua cerita Nina. Sampai tiba-tiba fokusnya terbagi karena notifikasi pesan masuk yang tak kunjung berhenti.
Segera Revano meraih handphonenya karena perasaan curiga. Pesan itu tidak ada hentinya.
Namun jantung Revano yang hampir berhenti, saat membaca pesan terakhir yang dikirim oleh Moreo. Tidak banyak yang Revano baca, namun fokusnya tertuju pada kalimat, Maudy kecelakaan.