7
Seperti yang telah sistem jelaskan. Kini di ruang bawah tanah sudah berada tujuh agent irregular yang masih kehilangan kesadarannya.
Dimasing-masing leher mereka tersangkut sebuah kalung id-card, menunjukkan code nomor para agent.
Dimulai dari Ir-001 sampai Ir-006. Ada satu kalung yang terjatuh di lantai, tanpa ada pemiliknya.
Saat lampu dihidupkan satu persatu dari mereka membuka mata.
Ir-001 yang mendapatkan kesadarannya lebih awal, segera berdiri dan berjalan menghampiri pintu. Ia berusaha membuka pintu tersebut, namun sayangnya terkunci menggunakan gembok angka.
“Fuck!” umpatnya.
“Semua harus dilakukan dengan kerja sama tim,” ucap Ir-002 yang tiba-tiba berada di belakang Ir-001.
“Persetan dengan tim, tidak ada yang namanya tim di sini. Kita dibentuk hanya untuk membunuh!” Ir-001 masih berusaha untuk membuka pintu dan keluar dari sana.
Ir-002 yang merasa aneh dengan Ir-001 segera meninggalkannya. Matanya tertuju pada kalung id-card yang terletak tanpa pemilik.
Ia segera mengambilnya. “Ir-007, punya siapa?”
“Dia.” Ir-004 yang juga sudah mendapatkan kesadarannya menunjuk ke sudut ruangan.
Ir-002 menoleh ke arah Ir-004, awalnya ia terkejut karena mendapat seorang agent perempuan yang dapat bertahan selain dirinya. Lalu ia menoleh ke arah jari Ir-004.
“Bunuh diri?”
“Ya, dia dari tim tujuh. Awalnya selamat, tapi dia berbuat licik.”
“Maksudnya?”
“Saat kita dimasukkan ke mobil, gue dan dia sengaja nahan nafas agar tidak pingsan. Namun dengan bodohnya dia bunuh diri di sini.”
Ir-002 mengangguk paham, lalu ia melemparkan kalung id-card itu ke arah mayat Ir-007.
“Hebat juga, lo,” puji Ir-002 seraya menatap Ir-004.
“Gue gak akan di sini kalo bukan kar—”
Ucapan Ir-004 terpotong, karena mendengar suara berisik dari sound sistem.
“Fuck,” lirih mereka.
“Hai, i'm John.”
“John again, John again!” gerutu Ir-002 seakan-akan sudah muak dengan nama itu.
“You know, him?” tanya Ir-003 yang kini bergabung dengan Ir-002 dan Ir-004 diikuti oleh Ir-005 dan Ir-006.
“Who doesn't know, him?” Ir-002 bertanya balik. “Semua tau, setiap hari, detik, menit, hanya suara dia yang ada di kepala gue.”
Keempat agent lainnya tertawa kecil saat mendengar jawaban dari Ir-002.
“Selamat datang dan selamat bergabung di The Agent.” Suara John kembali terdengar membuat mereka semua diam.
“Kalianlah yang layak mendapatkan na Irregular Agent, selamat.”
“Mulai dari sekarang hiduplah sebagai tim dan keluarga. Saat kalian keluar dari sini, maka kalian akan mendapatkan kehidupan yang layak.”
“Stop! Sekarang kasih tau bagaimana cara keluar, bajingan!” teriak Ir-001 yang masih dengan amarahnya.
“Pintu akan terbuka dengan kerja sama tim. Setelah ini lihat pesan yang masuk ke handphone kalian. Gunakan informasi tersebut untuk keluar. Good luck, agent!”
Suara John menghilang sempurna.
Namun tiba-tiba ruangan itu dipenuhi dengan suara notifikasi yang sedikit berisik.
“What the fuck, cuman tujuh?” gerutu Ir-003. Ia segera berjalan menuju pintu dimana Ir-001 berada. “Sedangkan gembok ini butuh tiga angka lagi.”
Ir-001 mengambil alih gembok itu, ia memasukkan angka tujuh dan dua angka acak lainnya, namun sayangnya pintu itu tidak terbuka.
Keempat agent lainnya ikut bergabung ke pintu. Mereka berpikir keras dua angka lainnya. Beberapa kali percobaan, tetap saja gagal.
“Arghh, sial!” umpat Ir-001.
“Who hurt you, boy?” tanya Ir-004 merasa heran dengan Ir-001 yang terus menerus meneriaki amarahnya.
“Masukan tujuh,” kata Ir-004 yakin.
Gembok itu diambil alih oleh Ir-005, ia memasukkan dua digit angka tujuh, kini mereka membutuhkan satu angka lagi.
“Kenapa tujuh lagi?” tanya Ir-006 penasaran.
“Tujuh agent,” jawab Ir-004 singkat.
Ir-002 yang sedari tadi sedang melihat disekitar tiba-tiba ia menemukan sesuatu saat menatap mayat agent Ir-007.
“Masukan tujuh lagi,” titahnya.
Dengan cepat Ir-005 memasukkan angka tujuh terakhir. And boom! Mereka berhasil, pintu terbuka.
“Darimana angka tujuh?” tanya Ir-001.
“Nebak asal,” jawab Ir-002 seraya melangkah ke luar.
Keenam agent terkejut saat melihat keadaan luar. Yang tadinya terukir senyum di wajah mereka, kini senyum itu hilang.
Mereka menaruh ekspetasi melihat dunia luar dan akan bebas. Namun hal itu hanya kebohongan.
Setelah mereka keluar, mereka hanya melihat beberapa ruangan yang sama dengan beberapa robot yang berlalu-lalang.
“John anjir,” umpat Ir-004 kesal.
“Dia gak salah. Kita di sini sebagai agent, gak mungkin bebas,” kata Ir-006.
Suara berisik dari handphone mereka membuat keenam agent kembali fokus ke handphone milik mereka.
“What!”