83
Luna sedang di kamar mandi kampus sekarang, setelah berurusan dengan Nadia dan juga pak Rudi, kebetulan dia dan juga ketiga sahabatnya tidak ada kelas lagi.
Maka dari itu Luna minta ditemani oleh Lucy ke kamar mandi.
Namun saat dirinya hendak keluar, samar-samar Luna mendengar suara segerombolan cewek marah-marah.
“Arghhh gue kesel banget sama Luna!”
Luna menaikkan alisnya sebelah, ia mengenal suara itu, suara Nadia pacar Nabil.
Ia tersenyum kecil, lalu berusaha untuk tenang.
“Udah sih Nad, lagian kan lo gak suka sama Nabil, dan lo punya cowo lain kan?”
Luna kaget bukan main mendengar hal itu namun ia masih tenang.
“Iya sih, tapi gue gak terima lah kalo Nabil nanti jatuh cinta sama tuh cewe kampung!”
Luna hendak tertawa namun dengan segera ia menutup mulutnya.
“Gini ya, bokap gue tuh udah sreg banget sama Nabil, dan kalo nanti gue berhasil nikah sama Nabil, harta bokap gue tuh bakalan pindah tangan ke Nabil dan gue!”
“Dan cowo lo gimana?”
“Aurel! Lo lihat aja sekarang, bahkan satu tahun gue selingkuh dari Nabil, dia gak sadar. Yaudah lanjut aja lah.”
“Wait, jangan bilang kalo lo—”
“Lo, kira gue bolak-balik ke luar negeri ngapain? Cowo gue di luar negeri tau!”
Luna tertegun mendengar percakapan Nadia dengan sahabatnya itu. Ia tidak menyangka lagi-lagi ada manusia yang lebih bangsat daripada Aheng.
Tok tok
Lamunan Luna disadarkan oleh ketukan pintu dari luar.
“Lun, udah belum?” tanya Lucy dari luar.
“Udah bentar,” sahut Luna.
Setelah keluar dari kamar mandi, Lucy bertanya, “Lo denger semua?”
Luna mengangguk. “Semua, lo?”
Lucy juga mengangguk sebagai jawaban. “Kayaknya lo punya rencana keren?”
Luna tertawa kecil. “Apa yang bisa dilakukan gadis kampung kayak gue?”
Lucy menatap mata Luna keheranan, lalu keduanya tertawa.
“Pfft, gadis kampung.”
Kini keempat bersahabat itu sedang berjalan hendak menuju parkiran, namun tiba-tiba matanya tertuju pada seseorang.
“Kin,” panggil Luna.
“Oit.” Kinan menjawab dengan bersemangat.
Tangan Luna menunjuk kearah seseorang, orang itu adalah, Nabil. “Ke sana dulu.”
Kinan menyeringitkan keningnya. “Lo yakin?”
“Iya.”
“Lo gila? Ngapain lagi sih Lun, gue muak sumpah. Please, mending kita fokus nyari bukti untuk mencoblos kan tuh anak ke penjara, karena ayah gue bilang kita tuh butuh bukti juga selain saksi,” protes Kinan menolak untuk mendorong kursi roda Luna ke Kinan.
“Iya Lun, sumpah sih kalo lo nyamperin tuh jelmaan manusia, AHENG MARAH!” timbal Aheng.
Luna tersenyum. “Percaya gue,” ucapnya meyakinkan Kinan dan juga Aheng.
Sedangkan Lucy hanya diam, sepertinya ia tau apa isi kepala Luna.
Tanpa protes lagi Kinan mendorong kursi roda Luna menghampiri Nabil yang berada tidak jauh dari mereka berada.
“Nabil.” Dengan suara sedikit keras Luna memanggil Nabil. “Lo mau gue maafin?”
Nabil yang mendengar suara Luna, dengan cepat menoleh ke arah suara tersebut.
Ia menghela nafas lega, akhirnya ia menemukan keberadaan Luna.
Nabil mengangguk. “Iya, mau!”
“Nanti malam ke rumah gue, bawa duit satu milyar, Cash.”