Akhir dari segalanya
Sudah satu bulan berlalu, kini Ran sudah kembali sehat, dan kini dia juga sudah kembali bisa melihat. Namun sayangnya kaki Ran belum bisa digerakkan.
Kini Ran sedang dibawa oleh Johnny ke suatu tempat. Awalnya Ran meminta untuk bertemu dengan Fito, namun Johnny membawanya ketempat yang lain.
Ran juga sudah mendapatkan perawatan medis untuk short term memory loss yang ia alami, kini Ran akan membaik perlahan-lahan.
“Ayah kita kok ke pemakaman?” tanya Ran kebingungan, karena kini Johnny mendorong kursi roda Ran menuju sebuah pemakaman.
“Ran mau ketemu Fito nak?” Johnny kembali bertanya kepada Ran.
“Iy—” Ran terdiam tidak percaya, tidak mungkin seperti yang tengah ia pikirkan bukan?
Johnny memberhentikan kursi roda Ran tepat di samping sebuah makam yang bertuliskan Fito Ray Fahlevi.
Ran menangis, ia menutup mulutnya tidak percaya. Ran menggelengkan kedua kepalanya tidak percaya.
“Enggak ayah, itu bukan Fito!” ucap Ran sedikit berteriak tidak terima.
Johnny hanya diam, ia tersenyum tipis lalu meletakkan sebuah kotak di pangkuan Ran.
Ran membuka kotak tersebut, isinya sepasang sepatu, dan ada delapan permen yang sebelumnya ia kasih untuk Fito, dan ada dua kertas di sana.
Ran mengambil kertas yang sedikit panjang terlebih dahulu.
Ran membacanya di dalam hati, hatinya terasa sangat sakit membaca surat tersebut. Air matanya tidak berhenti mengalir.
Fito Ray Fahlevi
Randika putri Aditya
HALO CANTIK .... >_<
kalo kamu lihat, dan baca surat ini, berarti kamu BERHASIL CANTIK!!!!
Maaf ya, aku harus bohong....
Aku cuman mau lihat, si cantik bahagia.
Sekarang si cantik udah bahagia kan?
Senyum terus ya cantik?
Selalu ingat kata-kata aku, AKU AKAN SELALU ADA UNTUK KAMU ! ! ! !
Tangan Ran beralih ke kertas yang lebih kecil. Kertas yang bertuliskan.
Jaga mata aku baik-baik ya cantik.
Aku sayang kamu.
Ran meluapkan semua emosinya, menangis sekeras-kerasnya. Johnny yang hanya diam pun ikut mengeluarkan air mata.
“Kenapa Fito bohong! Kalo gitu Ran ikut Fito aja.”
“Bangun Fito, jangan tinggalin Ran sendiri!”
“Katanya mau berjuang sama-sama!”
Ran terus menangis dan menangis. Sampai tiba-tiba ia terdiam.
Lalu ia berteriak, “Kalo gitu Ran akan hidup untuk Fito! Selalu jaga Ran dari jauh ya Fito, Ran juga sayang Fito!”
Sesungguhnya perpisahan yang sangat menyakitkan adalah kematian, namun mau bagaimanapun kita sebagai manusia tidak dapat menghindarinya.
Namun kedua luka itu akan selalu bersama selamanya, layaknya bumi dan langit yang selalu berdampingan walaupun tidak pernah bisa bersatu.
Selepas dari makam, dan mengucapkan salam perpisahan kepada Fito, kini Ran dibawa oleh Johnny ke sebuah taman yang sangat indah.
“Anak ayah jangan nangis lagi ya?” ucap Johnny seraya mengusap pelan rambut Ran.
Ran mengangguk pelan. “Iya ayah, habis ini Ran gak akan nangis lagi.”
Johnny tersenyum, ia melangkahkan kakinya ke depan Ran, dan berlutut di hadapan Ran.
“Selamat ulang tahun putri kecil ayah, anak terakhir yang akan ayah sayang dari sekarang sampai nanti,” ucap Johnny dengan sangat lembut dan tulus.
Ran kembali tersenyum, ia sedikit merasa bahagia sekarang.
“Terima kasih ayah, Ran seneng banget akhirnya cinta pertama Ran, memberikan kasih sayang untuk Ran,” balasnya tak kalah tulus.
Hati Johnny benar-benar sakit mendengar hal tersebut. “Kamu sayang sama ayah?”
Ran mengangguk tegas. “Ayah adalah cinta pertama Ran, laki-laki yang akan Ran sayang sampai akhir nanti!”
Johnny tersenyum, ia mengusap pelan kedua tangan putrinya itu.
“Kamu boleh menjadikan ayah cinta pertama kamu sayang, tapi jangan pernah jatuh cinta dan hidup dengan laki-laki seperti ayah ya? Temukan laki-laki yang akan menyayangi kamu tanpa ada sedikitpun benci— hidup bahagia dengan dia sampai akhir.”
Ran mengangguk, ia kembali menangis namun tangis bahagia.
“Ayah, jadi anak terakhir itu gak enak.”
“Tapi banyak hal yang Ran dapatkan yang akan menjadi pelajaran untuk Ran— Ran akan tumbuh lebih baik, dengan kasih sayang ayah, bang Raka, bang Hazel dan juga Fito.”
“Terima kasih Tuhan, terima kasih telah memberikan kebahagiaan yang sebenarnya untuk Ran!”
Begitupun dengan Johnny yang juga menangis bahagia, namun tidak sepenuhnya karena mulai sekarang ia akan hidup di dalam penyesalan.
Ia akan hidup dalam penyesalan dan bertanggung jawab atas semuanya.
Akhir dari segalanya, kedua luka yang kini menemukan kebahagiaan dengan cara yang berbeda, namun mereka akan terus hidup berdampingan selamanya.