Aneh

Setelah perdebatan besar dengan mamanya Ara memilih untuk keluar agar dirinya merasa tenang.

Berakhirlah Ara di sini. Di sebuah taman yang ramai pengunjung, membuat Ara sedikit tenang karena tawa dari mereka.

Sebenarnya tujuan Ara tidak hanya ingin menenangkan diri, nanamun dirinya hendak membawa laptop yang tadi dirusak oleh mamanya ke service laptop. Namun Ara mengurungkan niatnya setelah melihat sisa uang yang ada di tabungannya.

“Hufft enak ya jadi mereka,” monolog Ara ketika melihat satu keluarga lengkap yang sedang bercanda ria.

Ara menundukkan kepalanya, mengingat kembali betapa menyedihkannya hidup yang ia jalanin.

Ara masih menunduk sampai tiba-tiba.

“Abian!” sentak Ara karena tiba-tiba saja Abian yang ia kenal tidur di atas pahanya.

Karena mendengar Ara berteriak dengan cepat Abian menutup mulut Ara dengan jari telunjuknya.

“Sssstt,” bisik Abian.

Abian memang mengenakan masker dan juga kaca mata hitam, tapi bagi Ara sangat mudah untuk mengenal sosok Abian.

“Kenapa?” tanya Ara dengan suara kecil.

Abian mengambil handphone yang ada di sakunya, lalu ia mengetik sesuatu di note handphone miliknya.

“Gue dikejer sama manager, soalnya habis beli barang gak penting, jadi sebentar aja gue tidur disini kayak pacar lo.” Ara membaca tulisan yang ada di handphone Abian.

Ara membulatkan matanya. “Kan besok Abian ada konser?” tanya Ara.

Abian terdiam sejenak, lalu ia bangkit dari paha Ara, dan duduk di sebelah Ara.

“Nah itu masalahnya, gue gak boleh setres karena besok gue konser, jadi gapapa kan ya gue disini?”

Ara mengangguk. “Selamanya juga gapapa Abian,” batin Ara.

“Ya gapapa, Ara gak punya hak ngelarang.”

“Untung aja ada lo disini, jadi gue gak dikerumuni orang-orang,” ucap Abian.

“Emang Abian kenal Ara?”

“Ya gak terlalu kenal, lo yang bekalnya gue makan kemarin kan, dan lo yang selalu di bully di sekolah, jadi gue sedikit inget,” jawab Abian. “Lagian gak penting amat kenal sama lo,” lanjutnya.

Deg

Satu kalimat yang berhasil membuat hati Ara sakit. Namun ada benarnya, Ara bukan level untuk di kenal sama Abian.

“Lo sendiri aja?”

“Ya iya, Ara gak punya temen.”

Abian mengangguk paham.

“Lo menarik,” ungkap Abian.

Deg

Lagi-lagi Abian membuat jantung Ara berdetak lebih cepat.

“Apasih,” elak Ara.

“Dari sekian ribu siswi di sekolah, cuman lo yang gak tertarik sama gue, jadi lo menarik,” tambah Abian.

Salah Abian, dari seribu siswi yang ada di sekolah Ara adalah orang pertama yang akan selalu jatuh cinta kepada dirinya.

“Ya gitu,” sahut Ara singkat.

Abian mengambil paper bag yang ada di sebelahnya. Lalu ia menyerahkan paper bag tersebut ke Ara.

Ara kebingungan, ketika ia melihat isi paper bag yang diarahkan Abian.

“Abian ini laptop yang kamu bilang barang gak penting?” tanya Ara tidak percaya.

Abian hanya menjawab dengan cengengesan. “Ya menurut gue gak penting, buat lo aja dah,” jawab Abian dengan santai.

“Apaan, gak gak. Nih Ara gak butuh.” Ara menyerahkan kembali laptop tersebut ke Abian, namun tetap ditolak oleh Abian.

“Lo mau lihat gue bonyok? Terus gue dihujat satu negara?”

Ara terdiam, memang sampai segitunya?

“Simpen aja dulu, kalo emang lo butuh ya pake aja.”

“Yaudah Ara simpen, nanti kalo Abian butuh bilang Ara ya?”

Abian mengangguk. “Kalo gue masih inget sama lo.”