Ara capek ma....

Tw // kekerasan dalam keluarga

Boleh di tinggalkan jika kalian ketrigger


Brakk

Ara tersentak kaget karena suara pintu yang dibuka paksa. Ternyata itu ulah mamanya. Mama Ara menatap Ara dengan tatapan yang dipenuhi amarah.

Dengan cepat Ara menutup laptop yang ia gunakan tadi, lalu Ara dengan segera turun dari kasurnya.

Plak

Satu tamparan mendarat tepat si pipi kiri Ara, dengan refleks Ara memegang pipi kirinya.

“Ma?”

“Anak kurang ajar ya kamu, anak gak berguna!” bentak mama Ara.

Tangan mama Ara terus menerus memekul punggung Ara. Ara sama sekali tidak melawan, ia hanya diam dan memejamkan matanya, menerima semua pukulan keras dari sang mama.

Grepp

“Arghh sakit ma!” teriak Ara karena rambutnya ditarik kuat oleh mama.

“Berani kamu lawan mama hah!”

Lagi-lagi tangan mama Ara memukul tubuh Ara. Ara berusaha keras menghindar namun ia tidak bisa, karena tangan mamanya yang masih terus menarik rambutnya.

“Ma kalo mama ada masalah di luar, jangan lampiasin ke Ara ma!”

“Ara capek!” emosi Ara benar-benar meluap, nafasnya tidak beraturan.

Mama Ara menghentikan kegiatannya, ia menatap Ara dengan tatapan tajam.

“M-maaf ma—” lirih Ara merasa bersalah.

“Kamu itu pembawa sial! Mama nyesel lahirin kamu! Semuanya gara-gara kamu anak pembawa sial!” Mama berteriak dengan kuat menghina Ara.

Air mata Ara mengalir deras, hatinya terasa sangat amat sakit mendengar hinaan dari mamanya sendiri.

“Ma— kalo Ara bisa milih, Ara gak mau lahir dari rahim mama!” Ara terisak, sebenarnya berat bagi Ara untuk melawan sang mama, namun ia tidak bisa berdiam diri lagi.

Mama Ara benar-benar marah, kini ia beralih ke kasur Ara.

Brakk

Mama Ara melempar laptop Ara, membuat laptop Ara kini hancur berantakan.

Laptop lama yang terus Ara jaga agar dirinya masih bisa belajar, kini hancur dibuat oleh mamanya sendiri.

“Anak kurang ajar!” teriak mama Ara semakin menjadi-jadi.

“Iya ma hancurin aja, setelah mama hancurin hidup Ara, sekarang hancurin kebahagiaan Ara ma,” lirih Ara.

Namun nihil, mama Ara sama sekali tidak mendengarkannya, ia semakin membabi buta merusak semua barang-barang Ara.

Ara terduduk lemah, ia menangis sejadi-jadinya. “Ara capek ma.”