Ayah
Tok tok tok!
Terdengar suara ketukan pintu kamarku, biar kutebak pasti itu Ayah. Seharusnya Ayah tidak harus ke kamarku, aku juga tidak marah kepada Ayah, hanya saja aku sedikit kecewa.
“Ayah masuk, ya,” kata Ayah dari luar.
Pintu kamarku pun terbuka memperlihatkan Ayah dengan dua plastik keresek di tangannya. Ayah masuk ke kamarku dengan senyum mengembang di bibirnya.
“Ayah ngapain?” Tanyaku, lalu membantu Ayah mengambil meja kecil milikku dan dia letakkan di atas tempat tidur kecil ku.
“Ayo makan sama Ayah, tadi Ayah beli jajanan Korea gitu, Ayah mau makan sama kamu,” jawab Ayah.
Aku mengernyit keheranan, tidak biasanya Ayah membeli makanan seperti itu dan hanya mengajakku saja, biasanya juga satu rombongan diajak yang akhirnya aku hanya tersisa amapasnya saja.
“Tumben, Yah?”
“Gak mau, nih?” Katanya sambil tersenyum menatapku.
Aku segera menggeleng dan mengambil posisi di hadapan Ayah. Iya aja aku melewatkan kesempatan ini. Baru saja Ayah membuka ikatan plastik itu, air liur ku rasanya ingin keluar, sangat menggiurkan.
“Makannya pakai sumpit tapi, Ayah lupa ambil sendok, nggak apa-apa?” Ayah menatapku.
Aku mengangguk, walaupun ragu bisa, tapi harus yakin!
“Ini beneran nggak ngajak adek-adek sama yang lain, Yah?” Tanyaku memastikan, karena porsi makanan yang begitu banyak juga.
Ayah lagi-lagi hanya tersenyum sambil melahap suapan pertamanya.
“Iya, cuman Ayah sama Anak Ayah saja.”
Aku tertawa kecil kemudian juga melahap suapan pertamaku. Anak ayah katanya, yang lain pun begitu padahal.
Aku penasaran kenapa Ayah tiba-tiba saja ingin makan berdua dengan ku tanpa ada yang lain, kalau karena merasa bersalah sepertinya bukan, lagian ngapain juga Ayah merasa bersalah, kan?
Tapi inilah Ayah, sosok yang benar-benar tidak memperdulikan siapapun yang penting anak-anaknya tersenyum, walaupun bukan anaknya sendiri.
Tidak peduli kalau aku juga terkadang jahil kepada Ayah, tapi dia selalu saja berusaha agar senyuman aku tidak pernah luntur.
Aku menyadari sekarang Ayah sedang mengamatiku dengan tatapan lembutnya, karena aku sedang menikmati makanan itu jadi aku sedikit tidak peduli dan membiarkan Ayah terus memandangku.
“Ayah selalu bilang, kalau kamu butuh apa-apa langsung minta ke Ayah, Azel.”