.

Ayah, Ran sakit.

“Awh sakit ayah,” ringis Ran karena tangannya yang ditarik dengan sangat kuat oleh Johnny.

Brakk

Kaki Ran sedikit terbentur dengan meja di ruang tengah, akibat dorongan kuat dari Johnny.

“Ngapain aja kamu sama orang yang gak di kenal?” tanya Johnny dengan nada sedikit mengintimidasi.

“Ran gak ngapa-ngapain yah,” jawab Ran dengan hati-hati.

“Ngadu apa aja kamu sama dia hah? Mau nyari pembelaan dan pertolongan?”

Ran menggeleng kuat. “Enggak ayah,” bantah Ran pelan.

“Awas aja kamu ngadu yang bukan-bukan, saya gak pernah akan mengasihani kamu!”

Johnny melangkahkan kakinya melewati Ran.

“Maraka, Hazel,” panggil Johnny.

“Ya ayah,” jawab mereka berdua secara bersamaan.

“Siap-siap, ayah mau bawa kalian makan di luar, gak ada makanan di rumah kan?”

Maraka dan juga Hazel yang berada di pintu kamarnya masing-masing mengangguk, lalu mereka kembali masuk ke kamar untuk siap-siap, begitu juga dengan Johnny.

Di sisi lain, Ran tidak dapat menahan air matanya. Ia tersenyum agar rasa sakitnya di dadanya mereda.

“Gak apa-apa Ran, ayah sayang sama Ran.”

Ran melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia masuk ke dalam kamar, dan menutup pintu kamarnya kembali.

Ran mendudukkan dirinya di depan pintu, ia memeluk erat kedua kakinya.

“Ayah, Ran sakit.”

“Kira-kira Ran bisa bertahan gak yah?”