because it's you

Sekarang keadaan gue panas dingin, gue lagi di mobil otw ke kantor Johnny.

Gue gak minta, tapi dia ngajak supaya gue tau dimana dia kerja, dan apa kerjaan dia.

Gue ngelirik dari ekor mata gue ngelihat Johnny natap gue tajam lalu dia ketawa.

“Kenapa ? I just, aku cuman ngajak kamu ke kantor hun, bukan mau di eksekusi,” Kata dia dengan kekehan.

Gue kesel sama Johnny, boleh gak gue botakin dia sekarang juga? Enggak, jangan punya gue.

“Shut up!” Peringat gue.

Johnny terkekeh, lalu ia menarik pinggang gue menjadi lebih dekat dengan dia.

Kebetulan gue sama Johnny duduk di kursi penumpang.

“Besok jangan pake rok mini kayak gini.” Johnny ngelihat badan gue dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Badan-badan aku kok,” sanggah gue.

Johnny mendekatkan bibirnya ke telinga gue. “Badan kamu juga milik aku sekarang Bella,” klaimnya seraya membisik membuat sensasi menggelitik karena suara dia yang seperti sedang mengancam.


“Jo, masa aku di kenalin kayak gitu sih tadi,” protes gue ketika sampe di mobil.

Gimana gak protes? Masa gue di kenalin sebagai calon istri dia di sana, dan itu di depan semua karyawan dia.

Sumpah gue malu banget, rasanya pengen menghilang dari bumi sekarang juga.

Johnny tertawa, ia segera menjalankan mobilnya. Sekarang ia meminta untuk mengendarai mobil sendiri, tentu saja gue duduk di bangku penumpang di samping dia.

“Bunda kalo marah gemesin ya?” Respon dia mengejek gue.

Sumpah demi Curut sawah, gue pengen nendang Johnny dari mobil sekarang juga.

“Jo, stop it! Kamu bikin aku malu,” rengek gue.

“Gemes,” balasnya dengan sebelah tangan mengusap kepala gue, dan yang satunya lagi masih di gunakan untuk menyetir.


“Loh, bukannya ke rumah? Ini rumah siapa Jo?” Tanya gue, karena sekarang kita berada di depan komplek perumahan mewah, tapi bukan rumah Johnny.

“Siapa bilang ini rumah sayang?” Tanya dia balik.

Gue sedikit keheranan. “Jadi?” Tanya gue memastikan.

“Ini masih kantor aku honey,” Jawab dia seraya mengacak-acak rambut gue.

Hati gue juga teracak-acak Jo.

Gue jalan berbarengan dengan Johnny, tangan Johnny merangkul pinggang gue sebelah. See? Gimana gue bisa menghilangkan rasa gue ke dia kalo gini caranya.

Namun ada satu hal yang lebih menarik perhatian gue, kantor Johnny yang ini hawanya serasa berbeda, dan tempatnya itu berada di bawah tanah.

Karyawan yang ada di sini juga memakai baju non formal. Di setiap sudut ruangan gue dapat melihat organ-organ tubuh tergeletak layaknya pajangan.

“Mungkin cuman buatan itu,” batin gue agar menghilangkan rasa takut.

“Yo wassaf bro!” Seru seseorang dari depan sana menyapa Johnny.

“Hai yut, gimana kantor?” Tanya Johnny ke orang yang bernama Yuta itu.

Oh jadi ini yang namanya Yuta.

“Lumayan lah, berjalan dengan lancar,” Jawab dia. “Hai Bella,” sapa Yuta ke gue.

“Hai Yuta!” Sahut gue.

Yuta melirik ke arah tangan Johnny yang masih merangkul pinggang gue.

“Kayaknya yang kemarin udah di tanggung jawab sama orangnya ya bel hahaha selamat bersenang-senang bro!” Celetuk Yuta lalu pergi dari hadapan gue dan Johnny.

Awas aje lo Yuta, sekali lagi kita ketemu, kita baku hantam.

Gue kembali berjalan, sampe akhirnya kita berhenti di depan pintu ruangan, yang kemungkinan besar ini ruangan Johnny.

Kita berdua masuk ke ruangan itu, ruangan mewah, gue merasakan vibe nya Johnny kerasa kuat di ruangan ini.

“Come here kitten,” panggil dia sesudah mendudukkan dirinya di bangku kerjanya.

“Nama panggilan apa lagi itu Jo,” protes gue namun kaki gue tetep jalan menghampiri dia.

Dia cuman terkekeh mendengar protes gue. “Sit on my lap, please,” Suruhnya seraya menarik tangan gue.

Lagi-lagi gue pasrah, dan akhirnya gue terduduk di pangkuan dia.

“Kamu udah nebak aku apa ?” Tanya Johnny.

“Devil,” Jawab gue singkat.

Johnny terkekeh. “Serius hun,” ucap dia.

“You are devil!” Ulang gue lagi.

“I'm a mafia Bella,” Kata dia. “Aku hidup di dunia gelap, aku tumbuh di dunia yang penuh kegelapan,” Sambungnya.

Gue mengangguk. “ I know that,” Jawab gue singkat.

Johnny mengerutkan keningnya. “Dari mana kamu tau?” Tanya dia merasa keheranan.

“Darimana seorang CEO bisa sekaya kamu? Dan sejak kapan ada kantor di bawah tanah yang isinya organ tubuh berserta kepala?” Jawab gue entah itu jawaban atau sarkasan.

“Exactly princess,” Sahutnya dengan seringai di bibirnya.

“Kerjaan ak-”

“Kerjaan kamu menjual organ tubuh manusia secara ilegal, mencuri manusia secara ilegal, memperjual belikan manusia secara ilegal,” Jawab gue memotong ucapan johnny.

Johnny menatap tajam mata gue, tatapan dia tajam namun serasa nyaman dan bukan sebuah ancaman. Tangan dia perlahan menyelipkan rambut gue ke sela-sela telinga.

“Benar Bella,” ucap dia. “Dari mana kamu tau?” Tanya dia.

“Karena aku akan di jual sekarang,” Jawab gue sedikit pasrah dengan raut wajah yang sedikit ketakutan.

Jawaban gue membuat tawa Johnny pecah. Gue keheranan, apanya yang lucu coba?

“Gak akan pernah terjadi, walaupun saya harus membeli nyawa saya dengan menjual kamu, saya tidak akan pernah melakukan itu Bella,” responya dengan lembut.

Kalimat yang sangat dalam, gue sampe gak bisa berkata-kata. Hanya karena gue meluk dia pas dia sedang jatuh, apakah gue wajar mendapatkan ini?

“Why?”

“Menurut kamu?”

“I cant' figure itu out.” Gue bener-bener bingung dengan keadaan sekarang. Di satu sisi gue udah jatuh ke Johnny, di satu sisi gue harus sadar bahwa gue cuman asisten pribadi dia.

“Karena itu kamu,” Jawabnya.

Tangan Johnny sedikit demi sedikit masuk ke dalam baju gue, dan tangannya tidak hanya diam, perlahan gue dapat merasakan tangan Johnny mengelus lembut perut gue, dan itu menimbulkan sensasi nyetrum.

Gue cuman bisa diem, gue gatau harus respon gimana. Apa gue salah kalo gue jatuh cinta sama dia?

“Jo...” Panggil gue.

“Hm,” Dehemnya.

“I'm falling for you too,” kata gue seraya menatap matanya.

Johnny kelihatan kaget, dia menghentikan kegiatannya mengelus perut gue. Netra mata kita masih menatap satu sama lain.

Dan gue bisa melihat mata Johnny seperti berkaca-kaca. Apa gue berhasil membuat seseorang jatuh cinta lagi ke gue?

Apa udah saatnya gue melupakan hal dulu? Apa udah saatnya gue menaruh harapan?

“I love you,” sahut Johnny tiba-tiba. Lalu tanpa aba-aba dia menyerang bibir gue.