.

Bernafas dengan tenang

Pagi tiba, matahari menyinari kamar VIP dimana Embun di rawat.

Embun sudah terbangun dari tidurnya, tentu saja hal tersebut membuat Hujan sangat senang. Sampai-sampai sedari tadi dia enggan melepas pelukannya.

Di ruangan tersebut sudah ada Yudis, Sandy dan juga Daffa Cherry, Cherry langsung menuju Jakarta ketika mendengar kabar buruk tentang Embun.

“Terima kasih Embun, terima kasih sudah bertahan,” Ucap Cherry seraya memeluk Embun di sisi kiri karena di sisi kanan sudah ada Hujan.

Embun melebarkan senyumannya, ia merasa sangat di hargai sekarang. Namun kenapa dia tidak menghargai dirinya sendiri?

“Terima kasih karena sudah menemani Embun, maaf karena Embun gegabah,” Ucap Embun penuh penyesalan.

Sandy tersenyum, ia merasa tenang ketika melihat Embun kembali membukakan matanya.

“Capek itu hal yang wajar, begitu juga dengan kecewa. Masalah akan datang bertubi-tubi, itu karena Tuhan sayang pada kamu, karena Tuhan tau, kamu lah orang yang tepat di berikan kebahagiaan yang lebih nanti di masa yang akan datang.”, Kalimat yang keluar dari mulut Sandy membuat Embun tersadar 100%.

Tidak seharusnya ia menyerah, ketika ia menyerah, maka masalah lain akan datang bukan?

“Goks banget bro kalimatnya!” Puji Yudis berhasil membuat seisi ruangan tertawa.

Mereka sudah mengucapkan Embun selamat ulang tahun, namun Embun melarang mereka untuk menyanyikan lagu ulang tahun dan juga perayaan.

Embun sangat benci hal itu, sedari kecil ia tidak pernah merasakannya, dan sampai sekarang ia tidak menginginkannya.

Dengan kehadiran teman-teman yang ada disisinya sekarang itu lebih dari cukup. Cukup untuk membuat Embun kembali merasakan apa itu hidup.

Perlahan Embun mengusap perutnya. Ia merasa bersalah karena kemarin sempat memukul-mukul perutnya sendiri.

“Udah-udah, sekarang waktunya Embun istirahat!” Galak Cherry. “Cowok-cowok sana keluar, nanti kalo di butuhin balik lagi ya!” Usir Cherry.

Karena tidak mau mendengar Cherry mengomel, mereka menuruti nya. Yudhis hendak pulak karena hari ini ia ada meeting, begitu juga dengan Daffa. Dan Sandy yang harus mengurus caffe nya terlebih dahulu.

Embun kembali menangis, ia meluapkan emosinya kembali. Bayang-bayang kejadian kemarin masih menghantui dirinya.

Ia hanya ingin bernafas dengan tenang, mengikhlaskan semuanya, dan hidup kembali sebagai Embun Gayatri.

“Embun, banyak yang sayang kamu di sini. Mati satu tumbuh seribu oke?” Cherry meyakinkan Embun mengusap air mata Embun.

“Hujan sayang teteh.”

Selamat ulang tahun Embun Gayatri, wanita terhebat yang pernah ada di dunia ini. Terima kasih karena sudah bertahan.