.

“Bunda,” panggil Galaxy ke Embun yang sedang membuatkan susu untuk Galaxy.

Embun menghentikan kegiatannya sejenak. “Iya abang?” sahut Embun sambil mensejajarkan posisinya dengan Galaxy.

“Kenapa tamunya gak disuruh masuk?” tanya Galaxy.

Embun terdiam sejenak, di luar sudah ada Jonathan dan juga kedua orang tuanya, namun Embun enggan membukakan pintu untuk mereka.

Tidak sengaja Embun menjatuhkan air matanya.

“Bunda,” kata Galaxy seraya mengusap pipi Embun yang basah.

“Om papa pernah bilang sama Gala, setiap orang punya alasan untuk membenci orang lain, tapi bukan berarti dia orang jahat,” ucap Galaxy seraya memeluk Embun. “Gala gatau artinya apa Bunda, bunda jangan takut ya? Mereka bukan orang jahat,” sambungnya.

Embun masih terdiam mendengar semua ucapan Galaxy, ia tersenyum. “Abang mau lindungi bunda?” tanyanya.

Dengan cepat Galaxy mengangguk mantap. “Gala jaga bunda!” jawabnya dengan tegas.


Embun menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.

Tangan kanannya ia gunakan untuk meraih kenop pintu apartemen miliknya, namun aneh penglihatannya kabur, tangannya tidak bisa memegang kenop pintu.

Kedua kalinya Embun mengulangi hal yang sama, namun hasilnya masih sama, ia tidak bisa meraih kenop pintu tersebut.

Flashback on

“Embun, kondisi kamu akan semakin parah,” kata dokter Keenan yang kini ada dihadapan Embun.

“Kamu akan merasakan rasa sakit melebihi dari yang sudah-sudah, mulai dari sakit kepala yang ekstrim, muntah-muntah, dan penglihatan kabur,” ucap dokter Keenan memberitahu kondisi Embun sekarang.

Dokter Keenan menghela nafas panjang. “Selain itu, kamu juga akan mengalami masalah dengan saraf motorik dan juga saraf sensorik kamu Embun.”

“Kita lakukan pengobatan ya? Kamu mau kan dirawat di rumah sakit?”

Embun terdiam, lalu ia mengangkat kepalanya, menatap mata dokter Keenan. “Maka dari itu, Embun akan meninggal di rumah sakit kan dok?” tanya Embun dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kita akan usaha-”

“Atau Embun akan di rumah sakit sampai waktunya tiba,” potong Embun.

Flashback off

“Biar Galaxy Bantu bunda,” ucap Galaxy seraya membantu Embun untuk membukakan pintu.

“Abang, Abang mau gak tolongin nenek Nana di bawah? Kayaknya tadi kucing nenek Nana bandel lagi, nanti kalo udah bunda telepon nenek Nana suruh abang pulang,” suruh Embun agar dirinya bisa bebas berbincang dengan Jonathan dan kedua orang tua Jonathan.

Galaxy mengangguk. “Bunda gapapa kan Gala tinggal?”

Embun tersenyum lalu mengangguk. “Gapapa sayang,” jawabnya.

Galaxy pun meninggalkan Embun sendiri dengan Jonathan dan juga kedua orang tua Jonathan.

“Masuk Jo, om, tan,” suruh Embun mempersilahkan mereka untuk masuk ke apartemennya.

Setelah mempersilahkan mereka untuk duduk di sofa ruang tengah, tidak ada satupun obrolan di antara mereka, sampai Mama Una berlutut dihadapan Embun.

“Embun, maafin saya ya, maaf atas kebodohan saya, dan keegoisan saya. Saya menyesal,” ucap Mama Una memohon maaf.

Sebenarnya Embun tidak mau melihat Mama Una berlutut dihadapannya, namun dirinya juga tidak bisa berkata apa-apa sekarang.

“Mama restui kamu untuk kembali ke Jonathan nak.”

Embun tersenyum. “Embun udah maafin Tante dan Om dan juga Jonathan dari jauh-jauh hari, Embun gak pernah membenci kalian sedetik pun,” balas Embun.

“Tapi—” Embun menggantungkan ucapannya.

Ia menatap mama Una, dan papa Arkananta secara bergantian.

“Tolong jangan ambil Galaxy dari Embun ya, suatu saat Embun akan memperkenalkan Galaxy kepada kalian,” mohon Embun dengan mata berkaca-kaca.

Mama Una menggelengkan kepalanya. “Kita gak akan ambil ataupun rebut Galaxy dari kamu Embun, tapi tolong maafin kita ya?”

Embun mengangguk. “Embun maafin tante dan juga om,” jawab Embun, ia menghampiri mama Una yang masih berlutut. “Bangun tante, Embun maafin tante.”

Tante Una menggelengkan kepalanya, ia menggenggam erat kedua tangan Embun. “Apa yang harus kami lakukan nak? Apa yang harus kami lakukan untuk menebus kesalahan kami?” tanya mama Una dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya.

Embun menatap papa Arkananta. “Om,” panggil Embun.

“Iya Embun? Apa yang harus om lakukan?” tanya papa Arkananta.

“Ara, damai dengan Ara buat Ara melupakan dendamnya, jaga Ara untuk Embun,” jawab Embun.

Papa Arkananta mengangguk. “Om akan berusaha Embun, walaupun nyawa yang akan om taruhkan, om akan menjaga Ara.”

Embun tersenyum, kini ia merasa sedikit tenang, satu persatu masalahnya selesai.

Embun mengalihkan pandangannya ke Jonathan. “Mau ngomong berdua gak Jo?” tanya Embun dengan senyum mengembang.

“Iya Embun,” jawab Jonathan seraya membalas senyuman Embun.


Pada akhirnya penyesalan mendatangi mereka, yang mengharuskan mereka untuk membuang jauh-jauh ego yang mereka miliki.