.
Ceklek
Suara pintu terbuka, Sandy baru saja tiba di apartemen Embun, ketika mendapatkan chat dari Embun dia segera beranjak dari rumahnya.
“Embun!” Teriak Sandy memanggil Embun.
Mendengar suara teriakan Sandy, dengan segera Embun berlari dari kamar ke ruang tengah.
“Kak! Cepetan sini,” sahut Embun seraya menarik tangan Sandy.
“Kenapa Galaxy bisa hilang?” Tanya Sandy khawatir.
Langkah Embun terhenti, membuat tubuh Sandy sedikit menabrak tubuh Embun. Embun membalikkan tubuhnya, menatap mata Sandy yang sedikit berkaca-kaca.
“Galaxy? Hilang?” Tanya Embun seraya memerengkan kepalanya. “Galaxy ada di kamar kak,” jawab Embun dengan santai.
Sandy kebingungan, ia menyatukan kedua alisnya. “Tadi kata kamu?”
“Kan kata Embun dot nya Galaxy hilang kak! Galaxy gak mau berhenti nangis!!” Jawab Embun tegas, kembali menarik tangan Sandy ke kamarnya.
“Tuh kan, dari tadi gak mau berhenti nangis, tadi dot nya ada di situ. Terus pas Embun cek lagi gak ada, Embun udah kasih dot lain Gala gak mau kak,” Jelas Embun panjang lebar, namun tidak ada jawaban dari Sandy.
Sandy mematung, terdiam, bahkan untuk beberapa saat ia tidak bernafas.
“Kak?” Tegur Embun.
Kaki Sandy bergetar, ia benar-benar khawatir sedari tadi. “Embun, jangan gini,” keluh Sandy seraya memegang erat kedua lengan Embun.
Embun kebingungan, ada apa dengan Sandy?
“Gini gimana kak? Kan tadi Embun bilang dot Galaxy hilang kak,” sahut Embun.
Sandy menarik tubuh Embun ke pelukannya, memeluk erat tubuh Embun. Embun dapat merasakan tubuh Sandy yang bergetar.
“Kak kenapa?”
“Kamu bilang tadi Galaxy yang hilang Embun.”
Embun tersadar, apa mungkin ia typo saat mengetik?
Embun memeluk erat tubuh Sandy, ia mendengar Sandy yang menangis pelan di telinganya.
“Maaf kak, maaf,” sesal Embun.
Sandy mengangguk, ia membenamkan wajahnya di tekuk Embun, mengusap pelan rambut Embun.
“Jangan gitu lagi, kamu buat aku takut.”
Embun tersenyum, baru kali ini ia mendengar Sandy menangis. Sebesar itu rasa sayangnya ke Galaxy? Bahkan Galaxy bukan darah daging dirinya.
Embun mengusap punggung Sandy, menenangkan Sandy. Dan juga meminta maaf berkali-kali karena telah membuat Sandy khawatir.
Namun ajaibnya semenjak kedatangan Sandy, Embun tidak mendengar suara tangisan Galaxy lagi, ternyata bayi kecil tersebut sedang tertidur.
Jonathan benar-benar datang ke kampung Embun, seorang diri. Kini ia berdiri tepat di depan rumah orang tua Embun, namun ia belum punya keberanian untuk masuk.
“Nak Jonathan?” Panggil ibu yang baru saja pulang dari Kebun.
Jonathan segera membalikkan badannya, dan menghampiri ibu, membantu membawakan semua barang-barang yang ada di tangan ibu.
“Ada apa kamu ke sini nak?” Tanya Ibu.
Jonathan menelan air liurnya, ia merasakan gugup yang luar biasa. “Jonathan mau minta maaf sama ibu,” jawab Jonathan pelan.
Ibu tersenyum, mengusap tangan Jonathan agar Jonathan tidak merasa takut lagi.
“Ibu gak pernah marah sama kamu nak, semuanya udah takdir.”
Jonathan sedikit merasa lega karena jawaban dari ibu. Namun tetap ia merasa bersalah, karena telah melepaskan Embun dari genggamannya.
“Embun dimana Bu?” Tanya Jonathan memberanikan diri.
“Anak cantik ibu gak pernah balik ke rumah nak. Setelah kamu menceraikan Embun, dan keluarga kamu menghina keluarga ibu yang miskin, Embun diusir sama ayahnya,” jawab Ibu tentu saja sebagian dari jawabannya adalah bohong.
Kebohongan ibu tidak benar-benar karena benci terhadap Jonathan, namun sebelum Embun kembali ke kota, Embun menitipkan pesan agar tidak memberi tau siapa-siapa dimana keberadaannya.
Jonathan menghela nafas pasrah, ia harus sadar kesalahan yang telah ia lakukan cukup besar. Perjuangan yang harus ia lakukan harus lebih dari ini semua.