Confess
“Lo kok lemes banget Sya.” Zarra menghampiri Nasya yang baru saja tiba di kelas dengan badan yang lemas.
Nasya meletakkan kepalanya di atas meja di lapisi oleh tas dan kedua tangannya.
“Gatau hueeeee,” Rengek Nasya berhasil membuat Zarra menoyor kepala Nasya.
“Ishh,” protes Nasya.
Nasya menceritakan semuanya tentang Malvin yang terus menerus mengejarnya semalam. Zarra hanya mendengarkan dengan tenang, karena Zarra udah tau duluan dari Danial.
“Nasya ke-” omongan Nasya terpotong karena mereka mendengar sesuatu dari luar sana.
“Nasya Perdana, ini gue Malvin Arkandika.” Suara Malvin berasal dari luar, namun suaranya begitu keras kemungkinan satu sekolah mendengar suara dia.
“Stop cuekin gue.”
“Gue tau lo denger ini ca,” Ucap Malvin dengan suaranya yang lembut.
Nasya menatap Zarra kebingungan, begitupun dengan Zarra dia juga tidak tahu-menahu tentang ini.
“Gue gak pernah main-main sama lo ca.”
“Gue sayang sama lo, gue mau lo selalu ada di samping gue ca, gue mau gue yang ngejaga lo,” Lanjutnya.
Ucapan Malvin membuat Nasya sedikit malu, karena kini tatapan teman-temannya tertuju pada dirinya.
“Susul Sya,” ucap salah satu teman Nasya.
Nasya masih terdiam, dia malu dan tidak habis pikir dengan kelakuan Malvin.
“Kalo lo mau datangin gue kesini ca, gue bakalan nunggu lo.”
“Kalo enggak, gue bakalan tetap nunggu,” Kata Malvin berhasil membuat Nasya tersentak dan berdiri dari duduknya.
“Zarra temenin Nasya,” pinta Nasya ke Zarra.
Tanpa berpikir panjang Zarra menemani Nasya. Mereka berdua berjalan menuju arah suara.
Di luar kelas memang sudah banyak murid berkeliaran hari ini tidak ada jadwal pembelajaran dikarenakan para guru sedang rapat.
Semua pasang mata tertuju ke Nasya dan juga Zarra. Nasya melihat Malvin yang berdiri tepat di tengah-tengah lapangan.
“Kak Malvin apa-apaan sih,” gerutu Nasya dengan suara yang kecil.
Malvin melihat Nasya dari tengah lapangan, senyumnya tiba-tiba melebar ketika melihat gadis kecil yang ia tunggu-tunggu datang menghampiri dirinya.
“Cieee Malvin.”
“Yuhuyyy Nasya.”
“Jadi dong jadi nih.”
Sorakan dari para murid pun terdengar ricuh dimana-mana.
Nasya berlari menghampiri Malvin, ia sudah tidak memperdulikan murid-murid yang lain.
“Kak Malvin apa-apaan sih,” protes Nasya lalu dengan segera ia menarik tangan Malvin dan membawanya pergi dari lapangan.
“Kak Malvin, gak lucu tauk!” Keluh Nasya ketika berhasil menarik Malvin ke belakang sekolah.
Malvin tersenyum menatap lembut mata Nasya. “Gue gak bercanda,” Jawabnya singkat.
Nasya menatap mata Malvin, ia berhasil di buat Salting oleh tatapan lembut Malvin.
“T-tapi gak gini juga!”
Malvin terkekeh lalu ia mengacak-acak rambut Nasya. Jantung Nasya berdegup lebih kencang dari biasanya, ia diam mematung akibat perbuatan Malvin.
“Jadi apa jawabannya?” Tagih Malvin.
Nasya menarik nafas panjang-panjang, ia memainkan jari-jarinya merasa gugup.
“Nasya takut kak Malvin menghilang lagi,” Jawab Nasya mengeluarkan kekhawatirannya jika nanti ia memiliki hubungan dengan Malvin.
Malvin mengambil kedua tangan Nasya, menggenggam erat tangan kecil gadis yang ada di depannya.
“Gak akan pernah cantik, kalo emang aku ngelakuin itu, kamu berhak ninggalin aku selamanya,” Jawab Malvin dengan lembut.
Sekita Nasya kehilangan kewarasannya, apalagi tiba-tiba Malvin menggunakan aku-kamu.