die
Queen turun dari mobil yang ia tumpangi bersama Januar. Larut malam ini mereka pergi ke sebuah hutan di pedalaman di kota ini.
Sesampainya di sana, Queen segera menghampiri Yuda dan Daffa di ikuti oleh Januar di belakang.
Yuda dan Daffa telah berhasil menyekap seorang wanita di sana. Wanita itu bernama Lia sahabat dari Laura.
“Aku boleh minta waktunya? Kak Januar di sini aja,” Pinta kayla.
Daffa dan Yuda menyetujui, mereka segera masuk ke dalam mobil segera.
Tersisa Januar, Queen dan juga Lia di sana. Januar terus memantau apa yang di lakukan oleh Queen, tanpa sedikitpun berbicara.
Queen membuka penutup mata yang di pakaikan ke Lia tadi. Lia kini dapat melihat dengan jelas siapa yang menculiknya.
“Kayla!” Sentaknya ketika melihat Kayla.
Queen tersenyum. “Hai kak Lia,” Sapa Queen dengan lembut.
“Lo.... Lo mau apa?” Tanya Lia dengan nada terbata-bata.
Queen lagi-lagi melemparkan senyuman ke Lia. “Menurut kak Lia mau apa?” Tanya Queen balik.
“Gak jelas Lo, lepasin gue!” Teriak Lia dengan kencang. Teriakan Lia mengundang tawa Januar.
Januar tersenyum miring melihat Lia, lalu ia kembali diam. “Ambil h p kamu,” Suruh Queen.
Lia menggeleng kuat. “Siapa Lo suruhh-suruh gue.”
Queen ngesmirk, ia mengeluarkan sebuah pisau dari sakunya.
Melihat hal tersebut Lia dengan cepat mengeluarkan Hp dari sakunya.
“Sudah,” Tuturnya gugup.
Queen tersenyum penuh kemenangan. “Chat Laura, minta tolong dan suruh stop,” Suruh Queen lagi.
Dengan cepat Lia mencari kontak Laura di hp nya, lalu ia mengetik pesan seperti yang Queen suruh.
Queen tertawa ketika melihat ekspresi Lia. Ia berjalan ke belakang ia, dengan segera ia menggores pisaunya sedikit di leher Lia.
Lia meringis kesaktian, Januar yang melihat hanya terkekeh, tanpa sama sekali mengangkat suara.
“Dapat bantuan?” Tanya Queen ketika sudah kembali ke depan Lia.
Lia menggeleng ragu-ragu. Kemudian Queen berjongkok dan memotong tali yang mengikat kaki Lia.
“Lari,” suruh Queen.
Lia sedikit ragu-ragu. “Why? Kamu mau gue bunuh di sini?” Lanjut Queen.
Dengan langkah yang gontai Lia segera berusaha kabur dari hadapan Queen dan Januar.
Namun Queen adalah Queen, otak liciknya selalu berkerja dimanapun itu. Ia melemparkan pisau yang ada di tangannya tepat mengenai leher belakang Lia, membuat Lia jatuh tersungkur.
Queen mengambil sebuah kapak yang sudah di sediakan di sana. Sedikit demi sedikit Queen melamgkah menghampiri Lia yang sudah tergeletak lemas, dengan tangan yang menyeret kapak tersebut.
“Ucapkan selamat tinggal untuk dunia.” Kata itu keluar dari mulut Queen bersamaan dengan kapak yang di ayunkan ke atas.
Dugg
Kapak tersebut berhasil menancap di punggung Lia, kini Lia benar-benar tidak bernyawa di bawah sana.
Dugg
Pukulan kedua dari kapak yang ada di tangan Queen tertancap lagi di punggung Lia. Darah yang mengalir dengan bebas di tanah membuat Queen tersenyum bahagia.
Lalu ia meletakkan kapak itu tepat di samping Lia. Ia berjalan menghampiri Januar yang sedang melihat semua aksinya tadi.
Dengan segera ia memeluk erat sang kakak. Begitupun dengan Januar ia membalas pelukan sang adik dengan erat.
“You did well,” Pujinya.
“Kenapa kakak gak marah? Yang Queen lakukan adalah hal berdosa,” Sahut Queen.
Januar mengecup kening Queen. “Apa yang pernah kami lakukan lebih berdosa,” Jawabnya. “Dan ingat kita adalah De'luca, tidak ada yang perlu di takuti,” Sambungnya kemudian.
Queen dan Januar kembali berjalan ke mobil, Januar menyuruh Daffa dan juga Yuda membereskan mayat Lia seperti rencana awal mereka.
Sesampainya di rumah, Queen membasahi tangannya dengan darah buatan, lalu ia meletakkan sebuah pisau di sampingnya. Dan memfoto hal tersebut untuk di kirimkan ke Laura.
Tentu saja Queen bukan orang bodoh yang akan meninggalkan jejak, apalagi memegang darah korban dengan langsung.
“Menyenangkan,” monolognya.
