Epilog
“Dan pada akhirnya kancil berhasil menyebrangi sungai dengan bantuan buaya yang bodoh, tamat.” Gue menutup buku cerita yang barusan gue baca ke anak gue.
Anak gue dengan Johnny Suh. Setelah kejadian yang menimpa kita, Johnny dengan segera melamar gue dan sebulan kemudian menikahi gue dengan sah.
Tidak terpikirkan di diri gue kalo semisalnya gue akan menjadi seorang ibu dari anak-anak Johnny. Pria kaya raya, yang memiliki dunia yang sangat gelap.
Namun hal yang membuat gue jatuh ke dia adalah, dia tidak pernah menunjukkan sisi gelap dari dirinya ke keluarga. Bahkan sekarang dia sudah mengubah sikapnya ke Haechan.
“Mommy, berarti kancil itu jahat?” Tanya gadis kecil berusia 5 tahun yang ada di pangkuan gue.
Gadis yang bernama Elena Suh, darah daging gue dan Johnny. Gadis cantik dengan senyum ceria membuat keluarga kecil gue sama Johnny menjadi lebih terang.
Gue menatap lembut mata elena. “No honey, dia tidak jahat. Tapi kancil adalah seekor binatang yang cerdas dan licik,” Jawab gue seraya mengusap lembut kepala Elena.
Elena tampak berpikir sejenak. “Like Daddy?” Ucap nya tiba-tiba membuat gue kaget.
“Kenapa Elena beranggapan Daddy seperti kancil?”
“Karena Daddy licik, pasti Daddy selalu berhasil ngajak mommy keluar main-main sama Daddy sama Haca,” Jawab dia dengan suara imutnya yang bikin gue gemes banget.
Haca nama panggilan dia buat haechan, gemes banget !
“Daddy home!”
“Haca home!”
Mendengar suara sang ayah dan juga sang kakak, elena segera beranjak dari pangkuan gue, dan pergi menghampiri mereka.
Beberapa menit kemudian gue ngelihat Johnny dan juga Haechan yang sedang menggendong Elena, jalan menghampiri gue.
“I'm home honey,” ucap Johnny seraya mengecup bibir gue.
Gue tersenyum. “Iya Jo,” Sahut gue.
Johnny duduk di sebelah gue lalu ia menarik pinggang gue supaya lebih Deket dengan dia.
“Elena anak aku, masa sama Haechan terus,” Rengek Johnny merasa cemburu dengan kedekatan Haechan dan Elena.
Gue terkekeh lalu gue menangkup kedua tangan Johnny.
“Sabar ya Daddy,” kata gue ngejek Johnny. Dan itu berhasil ngebuat Johnny ngerucutin bibirnya. Poor Daddy...
“Mommy, elena mau sleep sama Haca tonight, elena and haca time! Pweaseee,” Mohonya dengan puppy eyes.
Astaga Tuhan, ini anak kenapa bisa imut bener.
“Coba tanya Daddy,” Suruh gue seraya melirik ke arah Johnny.
Elena turun dari gendongan haechan, dan segera lari memeluk kaki sang ayah.
“Daddy, pwease,” Mohonnya dengan suara seimut mungkin.
Johnny terkekeh, namun ia berusaha menahan mukanya dan berusaha untuk memasang muka seriusnya.
Ia mengangkat Elena ke pangkuannya. “Kiss me,” tagih Johnny.
Dengan cepat elena ngecup pipi kanan dan pipi kiri Johnny secara bergantian.
“Pweaseee.” Lagi-lagi Elena memohon dengan suara yang sangat imut.
Johnny mengangguk. “Dengan syarat, Daddy dan mommy akan mantau kalian dari cctv kamar Haca oke?” Ujar Johnny seraya menatap Haechan.
“Siap Daddy!” Seru Haechan bersemangat.
Johnny tersenyum. “Waktu tidur harus tidur, jangan ada yang main lagi. Promise?”
Elena mengangguk lalu ia mengecup bibir Johnny. Elena itu punya mommy 😤
“Yes Daddy!” Seru Elena bersemangat lalu turun dari pangkuan Johnny dan berlari menuju Haechan.
Kalo di inget-inget dulu Haechan bahkan merengek tidak ingin adik, selama seminggu ia tidur di kamar gue sama Johnny atau enggak gue yang tidur di kamar Haechan.
Dan itu tentu saja membuat Johnny kesel secara dia kelebihan hormon, just kidding.
Dan pas tau gue hamil Haechan sempet ngambek 3 hari.
Tapi pas Elena lahir dia bahkan hampir tidak kasih kesempatan buat Johnny ngegendong Elena.
Dan sampe sekarang pun begitu, segitu besar kasih sayang yang ia tunjukan ke Elena, walaupun mereka tidak sedarah.
“Johnny!” Jerit gue tiba-tiba.
Gimana enggak jerit? Tiba-tiba Johnny ngegendong gue, mana ngegendong nya kayak karung beras.
“Jangan teriak-teriak sayang,” Ucapnya.
“Jo turunin,” pinta gue.
Johnny menggeleng, dia malah melangkahkan kakinya menuju kamar.
“Aku mau buat Elena Ver2,” celetuknya tiba-tiba.
Pengen banget Gue Jambak Johnny sekarang juga. Nasib punya suami kelebihan hormon.
Elena Suh