gara-gara plaster
“Sini aku buka helmnya,” ucap Valen saat melihat Atha hendak membuka helm yang ada di kepalanya.
Tanpa penolakan Atha mendekat ke Valen yang masih di atas motor.
Setelah melepas helm Atha, Valen merapikan rambut Atha, membuat Atha tersipu malu.
“Berantakan rambutnya,” kata Valen.
“Kamu rapiin rambut aku, tapi hati aku yang berantakan,” sahut Atha.
Atha yang menyadari apa yang baru saja ia katakan, dengan segera membalikkan badannya karena malu.
Melihat Atha yang malu karena perkataannya sendiri, Valen terkekeh. Ia segera turun dari motor, tidak lupa ia membawa helm miliknya dan juga Atha, karena bahaya jika ditinggal di sana.
“Ada yang saling nih, yeee,” goda Valen seraya berdiri di samping Atha.
“Udah ih, malu!” Protes Atha tegas dengan muka yang merah padam.
“Ha ha ha, yaudah ayo masuk.”
“Kak, kakak gak malu?”
Valen mengernyit heran dengan pertanyaan yang dilontarkan Atha barusan.
“Malu?”
Atha mengangguk, ia menunjuk hidung Valen, lalu memegang hidungnya sendiri.
“Plaster Frozen di hidung, kak Valen,” katanya menjelaskan pertanyaannya tadi.
Valen yang sudah paham menjawab dengan gelengan pelan. “Enggak.”
“Ah!” Seru Atha teringat akan sesuatu. “Atha punya plaster coklat, sini Atha ganti.”
Atha baru saja hendak melepaskan plaster yang ada di hidung Valen. Namun Valen dengan cepat menepis tangan Atha sedikit kasar, membuat Atha kaget.
“Sorry— Tapi jangan diganti, ini dari adik aku.”
Atha terdiam merasa bersalah. Ia merutuki dirinya sendiri dalam diam.
“Maaf, kak.”
“Nggak apa-apa, maaf aku kasar jadinya.”
“Ah, enggak kok! Akunya aja gak sopan, he he he. Ayo masuk.”
Atha berjalan terlebih dahulu mendahului Valen, sebelum itu ia meraih helm miliknya yang ada di tangan Valen tadinya.
Valen sempat terdiam merasa bersalah kepada gadis yang sudah berjalan di depannya.
Segera Valen menyusul Atha agar tidak ketinggalan, karena langkah gadis itu lumayan besar dan cepat.
Selama perjalan tidak ada percakapan, yang biasanya Atha akan mengoceh namun sekarang hening dan terasa canggung.
Sampai keduanya tiba di depan kelas Atha yang masih di lantai satu. Atha membalikkan badannya menatap Valen.
“Terima kasih, ya, kak. Udah mau anter Atha.”
“Sama-sama, maaf soal tadi.”
“Iya, Atha juga minta maaf karena gak sopan.”