.

“Gejala yang akan kamu rasakan, akan semakin bertambah Embun, seperti yang pernah saya bilang.”

Kini Embun dan juga Dokter Keenan sedang membicarakan semuanya tentang kesehatan Embun.

Embun mengangguk. “Embun masih kuat dengan obat-obat itu dok,” ucap Embun meyakinkan dokter Keenan.

“Besok kita pemeriksaan, ke rumah sakit yang kebetulan ada kenalan saya di sana,” ujar dokter Keenan.

“Harus dok?”

Dokter Keenan mendecak kesal. “Jangan main-main dengan penyakit kamu Embun!” Peringat dokter Keenan yang sedikit kebawa emosi karena Embun yang keras kepala.

“Bahkan kanker nya belum memasuki stadium empat,” lirih Embun pelan agar tidak didengar oleh dokter Keenan.

“Tapi bisa saja kanker itu membuat kamu krekk,” ucap dokter Keenan seraya memperagakan orang meninggal, dengan tangan yang ia gunakan sebagai pisau, lalu menunjukkan mimik wajah yang lucu. “Meninggal,” lanjutnya.

Embun tertawa melihat tingkah konyol dokter Keenan.

“Dengar Embun, perawatan dan juga operasi mungkin tidak bisa membuat kamu sembuh total, setidaknya bisa memperlambat dan mengontrol pertumbuhan sel kanker,” ucap dokter Keenan berusaha membujuk Embun.

“Oh !” Seru Embun. “Itu temen Embun, kalo gitu Embun permisi ya dok, sampai jumpa besok!” Embun pamit dan segera meninggalkan dokter Keenan yang lagi-lagi bertingkah konyol, karena setres menghadapi sikap Embun.

“Krekk.”