.
“Gue bercanda bro, yakali anak lo hahaha,” sambung Yudhis, seraya tertawa kencang. Bahkan dirinya sempat menjadi perhatian tamu-tamu yang hadir.
Muka Jonathan memerah emosi, ia segera menarik Yudhis keluar dari aula acara.
“Sendiri lagi, sendiri lagi,” monolog Rey meratapi nasibnya.
Beberapa menit kemudian acara selesai, Rey berinisiatif untuk menghampiri Embun, untuk memberitahukan kehadiran dirinya dan juga Jonathan.
“Hai Embun,” sapa Rey ketika sampai di bangku paling depan.
Embun tersentak kaget, ia gelagapan ketika melihat kehadiran Rey di sana.
“H-hai kak,” jawabnya gugup. “Sendiri aja kak?”
Rey menggeleng. “Boleh minta waktunya sebentar?” tanya Rey.
Embun mengangguk, kemudian ia menyuruh Sandy dan juga yang lain untuk pergi terlebih dahulu.
“Kenapa kak?” tanya Embun.
Rey menghela nafas panjang. “Gue tau ini bukan urusan gue, tapi kayaknya Jonathan sama Yudhis lagi adu jotos di luar, samperin, lurusin semua masalahnya,” jawab Rey.
Embun terdiam karena mengetahui Jonathan berada di sini.
Dengan cepat Embun keluar dari aula dan mencari dimana keberadaan Jonathan dan juga Yudhis.
Embun mencari di sekitaran sekolah, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka. Sampai akhirnya Embun benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri, Jonathan yang sedang menghajar Yudhis habis-habisan.
Buggh
Satu tonjokan mendarat di pipi Yudhis, Yudhis hanya tersenyum menerima semua emosi yang disalurkan oleh Jonathan.
“Apa yang lo sembunyiin bangsat!” teriak Jonathan.
Muka Yudhis sudah dipenuhi memar merah akibat tonjokan dari Jonathan.
Sedari tadi ia hanya pasrah diperlakukan kasar oleh Jonathan, sampai akhirnya.
Buggh
Yudhis membalasnya, mendaratkan satu tonjokan di muka Jonathan.
“Mau lo apa? Semua salah lo, gara-gara lo Embun tersiksa ya bangsat! Kalo kayak gini waktu pertama kali kita ketemu dia, harusnya gue yang sama dia!” suara Yudhis meninggi, ia hampir menghajar Jonathan, namun tangannya tertahan karena suara Embun.
“Stop!” Teriak Embun penuh emosi.
Dengan cepat Embun menghampiri Jonathan dan juga Yudhis yang siap membunuh satu sama lain.
“Kalian itu orang berpendidikan, orang sukses! Gak malu sama gelar? Gak malu sama umur?” tohok Embun membuat mereka terdiam mematung.
Embun menatap ke arah Yudhis. “Galaxy nyariin, mungkin sekarang dia ada di kelas sama kak Sandy, samperin gih, anaknya ngambek,” suruh Embun.
Yudhis dengan segera meninggalkan Jonathan dan Embun berdua di sana.
Embun mengalihkan pandangannya ke Jonathan yang sedang menunduk.
“Gak malu sama umur Jo? Jangan kayak anak kecil,” geram Embun.
“Maaf,” lirih Jonathan dengan suara yang hampir tidak kedengaran.
Embun mendecak kesal, ia ingin meninggalkan Jonathan seorang diri di sana, namun langkahnya tertahan.
“Aku cuman mau tau siapa anak itu,” ucap Jonathan seraya menatap punggung Embun yang hendak menjauh dari dirinya.
Hati Embun terasa, ia membalikan badannya, dan kembali menatap mata Jonathan.
“Dia anak kamu Jo, Galaxy Dirgantara. Darah daging kamu, kita,” ucap Embun dengan suara bergetar.
Mendengar hal tersebut, kaki Jonathan melemah, bibirnya bergetar, air matanya jatuh membasahi pipinya.
“A-anak aku?” tanyanya memastikan.
Embun mengangguk, sudah saatnya Jonathan mengetahui keberadaan Galaxy.
“Seminggu setelah kamu tanda tangan surat perceraian kita, aku hamil Jo. Kenapa aku gak kabarin kamu? Orang tua kamu Jo.”
“T-tapi-”
“Bahkan saat hari dimana kamu disuruh untuk ceraiin aku, aku cuman test pack satu kali, aku gak dikasih kesempatan kedua atau untuk cek ke dokter Jo,” potong Embun.
“Karena yang orang tua kamu mau bukan anak dari aku, mereka sangat ingin keturunan dari kamu, tapi bukan dengan aku Jo.”
Air mata Jonathan tidak berhenti mengalir, semakin banyak ia mendengar penjelasan dari Embun, hatinya semakin sakit.
“Embun,” lirih Jonathan.
“Aku udah gak punya harapan untuk hidup lagi Jo, I tried to kill myself, sampe tiba-tiba aku kehadiran Galaxy,” ucap Embun lagi-lagi memotong ucapan Jonathan.
Embun menghela nafas panjang, membuang rasa sakitnya.
“Mereka bakalan nerima kamu Embun, dan anak kita,” balas Jonathan penuh penyesalan.
Embun menggeleng. “Kamu tau Jo, seberapa sering aku dapet ancaman dari mama kamu, bahkan Bella? Gak ada yang tau, karena aku tutupin semuanya.”
“Aku butuh kamu Jo, saat aku hamil, mual-mual, pusing gak jelas aku butuh kamu Jo-”
“Harusnya kamu bilang! Aku akan datang ke kamu Embun!” Gertak Jonathan dengan nada tinggi.
Hati Embun semakin sakit karena ia baru saja mendengar Jonathan membentaknya.
“Jo, Galaxy tumbuh dengan sehat, dia mendapatkan figur ayah dari orang yang tepat,” kata Embun menggantung. “Kak Sandy, adik tiri kamu,” lanjutnya.
Embun memberanikan untuk menatap mata Jonathan yang penuh emosi. “Saat aku hamil, saat aku kontraksi, bahkan saat aku berjuang antara hidup dan mati, dia yang ada di samping aku Jo. Aku ngalamin baby blues, aku ngehindar dari Galaxy selama dua hari, kak Sandy yang ada Jo.”
“Kenapa?”
Embun tersenyum lembut ke Jonathan. “Karena kamu berhak bahagia Jo.” Embun meraih tangan Jonathan, menggenggamnya dengan erat.
“Kebahagiaan kamu Bella, hidup bahagia dengan dia. Jangan lupain kita, tapi damai dengan masa lalu. Be yourself Jo, i know you can,” harap Embun, agar Jonathan bahagia dan menjadi dirinya sendiri setelah ini.
Embun melepaskan genggaman tangannya, ia kembali melangkahkan kakinya hendak meninggalkan Jonathan.
“Aku mau ketemu dia Embun, aku mau ketemu Galaxy,” pinta Jonathan penuh harap.
“Gak sekarang ya Jo? Aku permisi,” jawab Embun lalu ia benar-benar meninggalkan Jonathan seorang diri di sana.