Hari pertama sekolah
Nasya melangkahkan kakinya mengikuti guru yang berjalan di depannya.
Sekilas Nasya memperhatikan ruang kelas yang akan ia tempati nanti. Ruang kelas yang sedikit berisik mungkin karena belum ada guru, namun sepertinya suasana kelas tersebut cukup ceria.
“Anak-anak mohon perhatiannya sebentar.” Guru yang baru sjaa memerintahkan muridnya diam bernama ibu Sri.
Wali kelas beserta guru sejarah di kelas ini.
“Kalian kedatangan murid baru, Nasya silahkan perkenalkan diri,” Suruh Ibu Sri ke Nasya.
Nasya tersenyum lalu ia membuang nafas panjang.
“Hai semua ! Perkenalkan nama aku Nasya Perdana, aku pindahan dari Jepang. Salam kenal semua, semoga kita bisa dekat, mohon bantuannya,” Ucap Nasya memperkenalkan diri.
“Hai Nasya!”
“Welcome Nasya.”
“Cantik.”
“Selamat datang cantik.”
Seketika keadaan kelas ricuh kembali, berbagai macam tanggapan dari murid-murid yang ada di sana.
Bu Sri hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya.
“Nasya duduk di sebelah Zarra ya.”
Nasya mengangguk, lalu ia melirik ke arah Zarra yang sedari tadi memanggil Nasya.
Kringg
Suara bel menandakan jam istirahat berbunyi. Guru-guru yang sedari tengah mengajar dengan segera memberhentikan kegiatan belajar mengajar tersebut.p
Murid-murid pun sudah berkeliaran menuju tempat beristirahat.
“Kantin yuk,” Ajak Zarra ke Nasya.
Nasya mengangguk. “Ayok,” Jawab Nasya menyetujui ajakan Zarra.
Kecantikan Nasya memang terbukti tidak ada yang bisa menandingi. Sedari dia sampai ke sekolah dan sekarang berjalan menuju ke kantin, semua penjuru mata tertuju ke Nasya.
'cantik ya.'
'manis.'
'kayaknya polos deh.'
Dan masih banyak lagi kata-kata yang keluar dari mulut murid-murid yang berada di sana.
Nasya hanya membalas dengan senyuman seramah mungkin.
Sesampainya di kantin, mereka berdua melihat satu meja yang masih kosong. Dengan segera Zarra menarik Nasya agar duduk di bangku itu.
“Lo tunggu di sini, biar gue yang pesen makanannya oke?”
“Oke!” Jawab Nasya tegas.
Zarra dengan segera berjalan untuk memesan makanan dan minuman untuk dirinya dan Nasya.
Selagi menunggu Zarra, Nasya hanya melihat sekeliling kantin. Dan juga sesekali ia kedapatan berkontak mata dengan beberapa murid yang melihat dirinya.
Karena bosen, Nasya memutuskan untuk bermain handphone, namun keheningan tiba-tiba menjadi ricuh.
Sorot mata semua orang kini tertuju ke sekelompok murid cowok yang baru saja memasuki kantin.
Banyak teriakan-teriakan heboh terutama dari para murid cewek. Nasya hanya menggelengkan kepalanya.
“Nih,” ucap Zarra seraya meletakkan sepiring nasi goreng di depan Nasya.
Di belakang Zarra ada akang kantin yang juga meletakkan piring nasi goreng Zarra dan juga minuman buat mereka berdua.
“Terimakasih akang!” Ucap Zarra.
“Baik neng, selamat makan.”
Zarra dan Nasya mulai menyuapkan sendok nasi ke mulut mereka. Namun seperti ada yang menganggu pikiran Nasya.
“Zarra, itu siapa sih?” Tanya Nasya seraya menoleh ke arah segerombolan cowok yang membuat suasana kantin tadi ricuh.
“Club Riddin, club motor SMA NEO. Kerjaannya ya jadi buaya, tawuran balapan liar, gak banget deh,” Jawab Zarra dengan ekspresi tidak suka.
Mereka kembali fokus dengan makanan yang ada di depan mereka. Zarra dan Nasya emang sedikit heboh, namun attitude mereka nomor 1. Orang tua mereka selalu mengajarkan untuk tidak berbicara saat makan, kecuali jika ada hal yang penting.
Di tengah fokus Nasya dan Zarra. Tiba-tiba tiga cowo menghampiri mereka.
“Hai neng Zarra,” Sapa Danial salah satu anggota club Riddin.
Zarra tidak menanggapi sapaan Danial. “Anak baru ya?” Kini Hezekiah yang bertanya ke Nasya.
Nasya terlihat bingung, apakah ia harus menjawab? Kalo di jawab nanti Zarra marah.
“Ayok.” Zarra dengan cepat menarik tangan Nasya agar pergi dari sana.
“Tapi makanan-”
“Besok gue beliin 2 piring!” Potong Zarra.
Nasya menghela nafas, dia hanya pasrah dengan Zarra.
Sedari tadi Malvin ketua club Riddin dia hanya menatap kagum ke Nasya.
Seperti ada yang berbeda dari diri Nasya. Atau seperti dia pernah melihat Nasya, namun gatau entah dimana.
“Cari tau nomer handphone dia,” Suruh Malvin ke Hezekiah dan Danial.
Dengan sigap mereka berdua hormat ke Malvin. “Asssiap!” Jawab mereka berbarengan.