.
“Hayo.” Embun mengejutkan Sandy yang sedang duduk disebuah saung kecil yang ada di dekat rumah Embun.
Sandy tersentak kaget karena Embun, namun ia sambut dengan senyuman hangat. “Kenapa harus ngagetin?” Tanyanya tidak terima.
Embun hanya tertawa karena berhasil membuat Sandy kaget. “Lucu soalnya,” jawab Embun masih dengan tawa kecil penuh kemenangan.
Setelah puas tertawa, Embun duduk di saung yang sama, tepat di sebelah Sandy.
“Tadi kakak mau ngomongin apa?” Tanya Embun mengungkit hal yang pernah disinggung Sandy sebelumnya.
Sandy terlihat menghela nafas sebelum menjawab, “hubungan kita,” kata Sandy sambil memalingkan wajahnya menatap Embun.
Embun tentu saja bingung, namun ia juga tau akan kemana arah obrolan mereka nanti.
Embun menyeringitkan dahinya. “Emang ada apa dengan hubungan kita?” Tanya Embun lagi.
Mendengar itu membuat Sandy tersenyum tipis, mengulum bibir bawahnya karena canggung.
“Selama ini aku selalu ada di samping kamu. Bantu kamu, dari hal kecil sampai besar,” ucap Sandy dengan nada serius. “Aku nyaman sama kamu,” lanjutnya mengungkap perasaan yang selama ini ia simpan.
Embun tidak shock, ia pasti sudah tau hal ini akan terjadi. Ia menatap mata Sandy sesaat, sebelum mengalihkan pandangannya ke depan, melihat betapa indahnya sawah yang ada di depan mereka.
Embun menghela nafasnya sedikit kasar, ia tidak tau harus menjawab apa.
“Kak-”
“Aku tau kamu masih menaruh hati ke Jona,” potong Sandy.
Embun tersenyum tipis, pandangannya masih sama.
“Embun gak bisa bohong untuk yang satu itu kak, Embun memang masih menaruh hati sama Jona,” jawab Embun mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
Jawaban Embun berhasil membuat Sandy kaget, dan sakit secara bersamaan. Walaupun ia sudah tau apa jawaban Embun, namun hal itu masih saja terasa sakit bagi dirinya.
“Tapi bukan berarti Embun harus tersangkut di masa lalu terus menerus kan kak?” Tanya Embun seraya mengalihkan pandangannya menatap mata sayu Sandy.
Sandy tersentak kaget, ia tidak paham apa maksud Embun. “Maksud kamu?” Tanya Sandy balik.
Embun terkekeh melihat wajah panik Sandy. Raut wajah sedih dan panik bercampur jadi satu.
“Siapa sih kak yang gak nyaman ketika diperlakukan layaknya ratu?”
Selama ini Sandy benar-benar telah memperlakukannya sepeti ratu. Dan Embun merasakan hal yang berbeda setiap kali Sandy mengulurkan tangannya untuk Embun.
Embun meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri Sandy. “Kamu berhasil kak, berhasil buat aku nyaman. Berhasil merebut hati aku,” ungkap Embun.
Sandy terdiam. Terdiam seribu bahasa, jawaban itu tidak pernah terpikirkan oleh Sandy.
“Tapi saat ini Embun belum siap untuk membangun sebuah hubungan kak,” kata Embun menggantung ucapannya.
Embun menyelipkan jari-jarinya di jari-jari tangan Sandy, hal itu membuat Sandy menggenggam erat tangan Embun.
“Embun trauma, Embun takut. Suatu saat tangan ini akan pergi, dan tidak bisa menggenggam tangan Embun lagi,” sambungnya mengatakan kekhawatiran yang selama ini ia pendam.
“Aku gak akan ngelakuin itu.”
Embun menggeleng. “Masa depan gak ada yang tau kak, dulu Jona juga bilang hal yang sama,” sanggah Embun.
Sandy semakin mengeratkan genggamannya. Meyakinkan Embun bahwa dirinya benar-benar tulus.
“Terus genggam erat tangan Embun ya kak? Embun masih butuh bantuan dari kakak. Embun sayang sama kakak,” pinta Embun dengan harap yang besar ke Sandy.
Sandy mengangguk, melepaskan genggamannya, dan membawa Embun ke pelukannya.
“Kita sahabatan dulu gpp kan? Tapi ketika kakak butuh seseorang untuk tempat kakak menangis, tertawa, melepas semua penat dikala capeknya hari, maka datang ke Embun.” Embun memeluk pinggang Sandy.
Sandy tidak bisa menahan senyumnya, walaupun jawaban Embun sedikit menyakitkan, namun itu melebihi ekspektasi nya.
“Kalo aku mau meluk kamu dua puluh empat per tujuh gimana?” Tanya Sandy.
Embun terkekeh mendengar pertanyaan Sandy, ia mengangkat kepalanya menatap mata Sandy. Begitupun dengan Sandy, di waktu yang bersamaan ia menundukkan kepalanya membuat mata mereka kini bertemu.
“Peluk Embun sepuas kakak, tapi siap-siap aja nanti Galaxy cemburu,” jawab Embun seraya mengejek.
Sandy tertawa mendengar hal tersebut. “Kalo cium?” Tanyanya lagi.
Embun terkekeh, memang dasar sifat lelaki yang tidak pernah puas.
“Boleh gak yaaaa?”
Belum mendapatkan jawaban dari Embun, Sandy duluan mendaratkan bibirnya tepat di kening Embun, membuat Embun tersentak kaget.
“Ihh kan belum diizinin!” Protes Embun sambil menjauhkan badannya.
“Biarin, lama soalnya. Kamu gemesin,” sahut Sandy membuat Embun tersipu malu.
Keduanya tertawa, tidak ada rasa canggung sama sekali. Bahkan kini mereka merasakan kelegaan setelah mengungkapkan perasaannya satu sama lain.
Cupp
Tiba-tiba Embun mengecup pipi kiri Sandy. Membuat Sandy terdiam mematung.
“Boleh kalo gak nyosor,” jawab Embun atas pertanyaan Sandy tadi.
Namun Sandy masih terdiam, bagaimana bisa Embun menjawab seperti disaat ia juga nyosor?
“Hmm,” dehem Sandy memecahkan keheningan.
“Cieee om papa salting,” goda Embun ketika melihat telinga Sandy yang memerah.
“Om papa?” Tanya Sandy keheranan.
Embun mengangguk. “Bolehkan nanti Galaxy manggil kakak itu om papa? Kalo emang jodoh, siapa tau bisa jadi papa?” Embun menyenderkan kepalanya di lengan Sandy, membuat Sandy merangkul Embun.
“Dengan senang hati bunda,” jawabnya lalu tertawa berbarengan dengan Embun.
Tidak masalah bagi Sandy apapun hubungannya dengan Embun sekarang. Ia akan terus berjuang, dan juga menempatkan janjinya kepada Embun. Bahwa dirinya tidak akan pernah meninggalkan Embun, dan akan terus mencintai Embun seorang.