.
“Huaaaaa Dede bayiii,” seru Cherry ketika box baby masuk ke ruangan di mana Embun di rawat, pasca melahirkan.
“Yeayy Hujan jadi auntyy!”
“Ara juga jadi aunty dong?
Ara dan Hujan saling menatap satu sama lain. “Kita jadi aunty?” Seru mereka berbarengan, lalu berpelukan layaknya anak kembar yang kegirangan karena habis dibelikan mainan.
Embun dan Sandy terkekeh melihat tingkah Ara dan juga Hujan.
“Selamat ya Embun, gue gak nyangka hueee,” ucap Cherry seraya memeluk Embun.
Embun terkekeh. “Terima kasih Cher, terima kasih juga udah bantu Embun selama ini ya?”
Cherry mengangguk. “Semua demi lo, bakalan gue lakuin,” sahut Cherry, lalu mereka tersenyum satu sama salin.
“Selamat Embun, semoga bayi kamu bisa hebat kayak bundanya,” ucap Daffa memberikan selamat dan juga harapan.
“Aamiin, terima kasih uncle!” Jawab Embun.
“Namanya udah ada?” Tanya Ara.
“Humm namanya siapa teh?” Sahut Hujan.
Embun berpikir sejenak, ia belum memikirkan siapa nama anaknya kelak. Suatu kebodohan bagi Embun.
“Belum kepikiran,” sahut Embun.
“Gimana kalo Kim Seok Jin,” saran Ara. “Nanti dia ganteng kayak oppa-oppa di Korea gitu, nanti dia jadi artis nanti nyanyi kayak gini mic drop.” Ara memperagakan ala-ala oppa Korea yang sedang bernyanyi.
Hal tersebut membuat seisi ruangan tertawa karena tingkahnya.
“Ihh gak mau, masa oppa Korea sih! Gimana kalo Reece aja teh? Kalo gak Blake atau George,” protes Hujan tak mau kalah dari Ara.
“Nanti dia nyanyi pake gitar, nyanyi gini You know me too well.” Sambung Hujan seraya bernyanyi dengan suara apa adanya.
“Suara Hujan jelek mending diem!” Ejek Ara.
“Ihhhh Ara yang jelek!” Sanggah Hujan tidak terima.
Dan akhirnya mereka pun berdebat akan nama bayi Embun.
“Udah-udah, lihat jam udah hampir jam 9, saatnya kita daftar kuliah!” Ucap Cherry memisahkan anak kembar tak kembar ini.
“Oh iya hari ini jadwal Hujan sama Ara daftar kuliah ya?” Sahut Embun.
“Iya kalo gitu kita duluan ya!” Sandy jaga Embun baik-baik,” perintah Cherry.
“Duluan ya Embun,” pamit Daffa.
“Bye-bye kak Embun dan adik bayi!”
“Dadah, teteh dan adek bayi!”
Mereka pun keluar dari ruangan Embun, membuat suasana kini menjadi sunyi.
“Aku jadi kepikiran, siapa yang bakalan biayai kuliah Hujan?” Tanya Embun membuka topik pembicaraan.
“Aku,” Jawab Sandy singkat.
Embun mengerutkan keningnya bingung. “Aku?”
“Iya aku, kenapa?” Tanya Sandy.
Embun terkekeh. “Tumben pake aku?”
“Gpp, suka-suka aku,” jawab Sandy.
“Dih ngeselin,” sarkas Embun membuat mereka berdua akhirnya tertawa.
“Embun udah tau namanya siapa kak,” kata Embun seraya melihat bayinya yang sedang tertidur pulas di baby box.
“Siapa?”
“Galaxy Dirgantara,” Jawab Embun.
Sandy sedikit kebingungan, nama yang bagus, namun kenapa Embun menamakan anaknya dengan nama itu?
“Galaxy itu sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas bintang salah satunya. Bisa dibilang ruang lingkup tata Surya?”
Embun tersenyum sebelum melanjutkan perkataannya. “Lalu Dirgantara, ruang yang ada di sekeliling dan melingkupi bumi, terdiri atas ruang udara dan antariksa. Bisa dibilang ruang lingkup bumi,” lanjutnya.
Namun Sandy belum bisa menemukan jawaban atas kebingungannya.
Embun mengalihkan pandangannya ke Sandy. “Nama yang memiliki arti yang sangat luas, Embun mau suatu saat Galaxy akan tumbuh kembang, menjadi anak yang berpengetahuan luas, berpengalaman luas,” ucap Embun.
“Dan juga Embun ingin Galaxy menjadi langit dan juga bumi bagi Embun,” harapnya. “Embun ingin melihat Galaxy menjadi pelindung Embun kelak,” finish Embun dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.
Sandy tersenyum, dan mengangguk. “Nama yang bagus, Selamat datang Galaxy Dirgantara.” Mereka berdua menatap tubuh kecil bayi laki-laki yang diberi nama Galaxy Dirgantara.
Bayi kecil yang sedang tertidur pulas. Menciptakan kehangatan di ruangan tersebut.
“Terima kasih kak, udah bantu Embun berjuang.”
Sandy mengangguk. “Terima kasih sudah berjuang Embun.”
Mereka berdua tertawa kecil karena suasana yang tiba-tiba saja berubah menjadi melow.
Embun sama sekali tidak pernah merasa sebahagia ini. Walaupun sebelumnya ia harus menangis karena sakit yang luar biasa. Kini ia tidak bisa berhenti tersenyum karena kebahagiaan yang menghampirinya.
Di lain sisi, Bella dan juga Jonathan sedang mengadakan makan malam mewah di sebuah hotel megah di Chicago.
Sebenarnya ini semua disiapkan oleh Bella, bahkan Jonathan tidak menyangka Bella akan menyiapkan ini semua.
Selama makan Bella dan Jonathan hanya diam, tidak ada obrolan yang keluar dari mulut mereka.
“Jo,” panggil Bella setelah menyelesaikan makan malamnya.
“Hm?” Sahut Jonathan.
“Udah hampir satu tahun kamu berpisah sama Embun kan? Udah hampir satu tahun kita bersama lagi,” ucap Bella sedikit menarik perhatian Jonathan.
Bella meraih sebelah tangan Jonathan yang ada di meja makan. “Aku ingin menjalin hubungan serius sama kamu Jo, udah saatnya kamu melupakan Embun, udah saatnya kamu hidup bahagia dengan aku.”
Jonathan menatap mata Bella dengan tatapan tajam. Ia tidak tau harus menjawab apa, haruskah ia mengiyakan? Udah saatnya ia melupakan masa lalunya?
“Bella,” panggilnya.
“Iya Jo?”
Jonathan tersenyum ke arah Bella sebelum menjawab pernyataan Bella sebelumya.