Hurt
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, namun Nasya belum bisa memejamkan matanya dan terlelap di alam mimpi.
Di sisi lain, bunda dan juga sang Abang sudah terlelap di sofa di kamar VIP dimana Nasya di rawat.
Secara diam-diam suster yang rutin merawat Nasya memberikan sebuah surat kepada dirinya.
Nasya menyembunyikan dirinya di dalam selimut, perlahan ia membaca surat yang Malvin berikan kepada dirinya menggunakan senter kecil sebagai penerang.
Dear Anak kecil
hehehe, gimana ya bilangnya? Maaf ya kamu malah jadi gini. Maaf karena kamu malah harus jatuh cinta sama cowok brengsek seperti aku.
Aku cuman mau bilang, kita sampai di sini saja ya? Maaf jika memang aku gak gantle, bahkan menyudahi hubungan harus seperti ini.
Kamu harus bahagia dengan pilihan kamu ya?
Sekarang udah berapa bulan kita jadian ca?
Aku harap kamu kembali dengan sehat ya sayang? Kamu harus kuat agar bisa balas kejahatan yang aku lakukan.
Marahin aku setelah ini.
Aku pamit ya? Selamat tinggal Nasya Perdana, anak kecil yang berhasil mencuri hati gue.
Bahagia selalu ya
Nasya meremas surat tersebut. Ia sangat menyesal telah membacanya, kini hatinya sangat sakit.
Apa hubungan mereka harus berakhir sampai sini?
Nasya harus menahan tangisnya agar tidak membangunkan orang-orang yang sedang menjaganya.
Namun itu sangat sakit, hatinya serasa di sobek dengan kasar.
“Kenapa kak, kenapa,” lirih Nasya.