.
“Ibu apa kabar?” Tanya Sandy ke batu nisan yang ada di depannya.
Benar kata Ara, ketika Sandy sedang ada masalah maka dia akan ke makam ibundanya.
“Sandy membuat kesalahan lagi bu.” Air mata Sandy mengalir, ia tidak akan segan untuk menangis di hadapan ibundanya.
Karena dulu ibu pernah bilang bahwa laki-laki juga berhak untuk menangis.
“Sandy telah menyia-nyiakan kepercayaan orang yang Sandy sayang.”
“Apa Sandy berhak untuk dimaafkan?”
Isak tangis Sandy semakin menjadi, ia memeluk erat baru nisan ibunya. Hatinya terasa sakit ketika mengingat kembali Embun pergi meninggalkan dirinya.
“Maaf Sandy buat ibu kecewa.”
Sandy meluapkan penyesalannya, sebelum ia beranjak setelah meletakkan bunga matahari, bunga yang sama seperti yang disukai oleh Embun.
“Sandy akan memperbaiki semuanya,” ucap Sandy dengan tegas dengan senyum yang melebar sebelum ia beranjak dari sana.
Setelah menidurkan Galaxy, Embun kembali menyendiri di ruang tengah.
Tanpa ada satupun suara yang menghibur dirinya. Embun melamun dalam kesunyian.
“Apa Embun salah?”
“Salahkah Embun kecewa lagi?”
Embun memukul dadanya yang terasa sakit berkali-kali. “Apalagi Tuhan, Embun udah gak kuat.”
Embun meringkuk badannya memeluk kedua kakinya. Menatap sebuah bingkai foto besar yang terpajang di depannya. Foto dirinya dan juga teman-temannya ketika ia baru saja melahirkan Galaxy.
Air matanya kembali mengalir ketika melihat Sandy disana.
“Kenapa harus kakak sih?”
Embun menangis sejadi-jadinya, meluapkan semua emosi yang tengah menguasai dirinya.
“Seharusnya Embun mengakhiri ini semua dari dulu bukan?”
“Nyatanya Embun gak pernah kuat.”
Embun kembali menatap sebuah cutter yang ada meja depannya.
Kebohongan yang selalu Embun katakan adalah bahwa ia kuat menjalani semua ini