.
Ini bukan hukuman, tapi bantuan dari Tuhan untuk Ran.
Kini Ran dan juga Aurel sedang berada di sebuah taman. Sebelumnya mereka sudah pergi ke burger king dan juga rumah sakit seperti rencana Aurel dengan Maraka.
Awalnya Ran sempat menolak, namun Aurel berusaha memaksa sehingga Ran mau ikut dengan Aurel ke rumah sakit.
Ran menoleh ke arah Aurel yang sedari tadi menunduk.
“Kakak kenapa?” tanya Ran keheranan.
Aurel mengangkat kepalanya menatap mata Ran. Mata yang penuh kebohongan dan juga mata yang menyaksikan semua perilaku buruk dari ayahnya sendiri.
Tanpa sadar Aurel menangis, dia mengingat kembali perkataan dokter mengenai kondisi Ran.
Ran mengidap short term memory loss atau hilangnya memori jangka pendek, atau bisa disebut dengan sindrom Dory.
Kata dokter short term memory loss kondisi ketika seseorang lupa apa yang didengar, dilihat, atau dilakukan beberapa saat lalu. Bagi lansia, ini adalah fase yang normal. Namun terkadang, masalah pada memori jangka pendek menjadi sinyal demensia, cedera otak, atau gangguan mental.
Ran menjalani begitu banyak tes tadinya bersama dokter, sampai dokter mengetahui apa alasan Ran terkena short term memory loss.
Ran menceritakan semuanya, semua yang dilakukan ayahnya kepada dirinya yang masih tersimpan rapi di ingatannya.
Ran memberitahu kepada dokter bahwa dirinya sering dipukul, dan juga dirinya sering membenturkan kepalanya di dinding, sehingga dirinya sering mimisan, muntah-muntah bahkan sampai pingsan. Ran juga memberitahukan bahwa dirinya pernah berhalusinasi.
Ran memberitahukan kepada dokter bahwa akhir-akhir ini ayah Ran tidak berperilaku seperti itu lagi kepada Ran. Aurel yang mendengar perkataan Ran, tau bahwa Ran hanya tidak mengingatnya bukan ayah yang tidak melakukannya.
“Kakak kenapa nangis?” tanya Ran.
Aurel menggeleng. “Kamu ingat tadi kita ngapain?”
Ran terdiam sejenak, ia mengeluarkan buku kecil yang selalu dirinya bawa kemana-mana. Hal tersebut membuat tangis Aurel pecah.
“Kenapa kamu harus menanggung semua ini Ran, kenapa gadis kecil yang tidak bersalah seperti kamu harus mendapatkan hukuman jahat dari Tuhan!” Aurel berteriak tidak terima.
Setelah membaca buku miliknya, Ran baru ingat beberapa hal yang ia lakukan tadi. Dan dirinya juga tau kalau ia mengidap short term memory loss.
“Ini bukan hukuman, tapi bantuan dari Tuhan untuk Ran.”
Aurel menatap Ran kebingungan.
“Tuhan gak mau Ran benci ayah, jadi Tuhan buat Ran melupakan semua perbuatan ayah ke Ran, jadi Ran akan selalu sayang ke ayah, sampai kapanpun itu,” jelas Ran dengan air mata yang mengalir di pipinya.
“Kak,” panggil Ran pelan.
“Iya?”
“Jangan kasih tau abang Ran ya, seperti kata dokter yang sudah Ran tulis, Ran akan berusaha untuk sembuh. Ran akan mulai makan makanan bergizi, dan juga tidur yang cukup, Ran gak usah terapi dan menjalani pengobatan serius kak,” ucap Ran.
“Kenapa?”
“Pasti mahal, Ran gak punya duit, kalo Ran sakit, Ran cuman minum Paracetamol pemberian ayah.”