.
Ini tentang anak pertama
Maraka Putra Aditya, anak pertama dari Johnny Aditya.
Anak pertama yang selalu menjadi harapan dan tumpuan, kepercayaan seorang ayah.
Anak pertama yang selalu salah di mata adik-adiknya.
Anak pertama yang harus menjadi tempat mengadu, tanpa tau harus dengan siapa dirinya hendak mengadu juga.
Anak pertama yang bahunya harus kuat, walaupun sering dikatakan seperti bos di rumah.
Tidak jarang Maraka menangis saat malam datang, menangis karena tidak tau harus berbuat apa. Dan menangis karena merasa gagal.
Anak pertama yang sedang duduk di bangku sekolah menengah atas, kelas terakhir.
Sebentar lagi Maraka harus memilih, melanjutkan pendidikan untuk meraih cita-citanya menjadi seorang pengusaha sukses, atau bekerja demi membantu ekonomi keluarga.
Maraka sering mendapatkan pertanyaan dari sahabat-sahabatnya.
“Lo kemana aja sih?”
“Lo udah jarang ada waktu sama kita.”
“Lo berduaan mulu sama cewek lo.”
“Lupa sama sahabat sendiri?”
Namun pada kenyataannya, Maraka sedang sibuk mencari bantuan agar bisa mendapatkan beasiswa.
Aurel, gadis manis nan baik, yang dengan setia membantu dan menemani Maraka mencari tau tentang beasiswa yang bisa ia ikutin.
Jika orang lain pacaran dengan jalan-jalan ke mall, atau berduaan mengelilingi kota berduaan. Maraka hanya menghabiskan waktu untuk menceritakan tentang keluarganya kepada sang pacar.
Ia selalu mengeluh tentang sang ayah yang selalu kasar terhadap sang adik, Maraka tidak mengerti tentang wanita, maka dari itu ia selalu meminta bantuan kepada Aurel untuk membantu sang adik.
Maraka, anak pertama yang seharusnya sedang menikmati masa remajanya, namun masa remajanya ia habiskan untuk belajar, menangis, dan juga tekanan.
Maraka melangkahkan kakinya menuju meja belajar yang terdapat bingkai foto kecil, bingkai foto yang seharusnya terdapat keluarga lengkap, namun hanya ada dirinya, Hazel dan juga sang ayah.
“Maafin abang, Ran. Tunggu abang sebentar lagi ya, abang akan membawa kamu menemukan zona nyaman untuk kamu.”