Jangan sentuh wanita, saya.
“Cil, aelah, Cil. Lebay banget sih, cuman gitu aja.”
Alam sahabat Valen sedari kecil yang wakil ketua osis, kini sedang menemani Atha di uks.
Kondisi Atha memang tidak terlalu parah, hanya saja Atha lemah saat dibentak oleh Malvin dkk.
Untung saja Malvin tidak bertindak terlalu jauh, karena di sana ada Naren, Haydan dan Rangga.
“Diem!”
Atha memejamkan matanya, enggan menatap Alam. Gadis itu sekarang sedang sedih dan marah.
“Valen baru bangun tidur, Cil. Tadi gue di chat dia,” kata Alam tentu saja berbohong, bahkan dirinya tidak tahu keberadaan Valen di mana sekarang.
Mendengar kalimat itu, Atha menoleh dan membuka matanya lebar-lebar.
“Kakak, selingkuhan kak Valen, ya?” Atha menuduh Alam penuh curiga.
“Dih, aneh lo, Cil.”
“Lagian aku pacarnya, kok kakak duluan yang dikabarin!”
“Gue sahabatnya dari rahim, mau apa, lo?”
“Alasan!”
Ruang UKS yang hanya diisi oleh Alam dan Atha kini hanya dipenuhi perdebatan tak penting mereka.
Valencio Hengkara S, murid laki-laki kelas 11-IPA2 yang menjabat sebagai ketua osis di SMA NEO, baru saja sampai di sekolah.
Kedatangannya tentu saja menarik perhatian murid-murid yang ada di sana, terlebih lagi murid perempuan.
Tidak ada yang bisa berpaling dari pesona cowok tinggi dan tampan itu. Seperti biasa dengan hoodie hitam kesayangannya menambah kesan tampan yang menggoda.
Tanpa memperdulikan panggilan dari murid-murid perempuan yang memanggilnya, Valen tetap berjalan di koridor sekolah.
Namun ada yang berbeda dengan laki-laki itu. Aura nya tidak ramah seperti biasa, tatapan yang lurus ke depan, tatapan mata yang sangat tajam.
Valen memberhentikan langkahnya di depan kelas 12-IPS3, yang lebih dikenal sebagai kelas perkumpulan murid-murid nakal. Salah satu murid di sana adalah Malvin, murid laki-laki yang namanya Valen dengar sudah menyentuh wanitanya pagi ini.
Dengan penuh amarah, dada yang naik turun karena nafas yang tidak beraturan Valen masuk ke dalam kelas itu.
“Mana Malvin.” Suara datar dan tidak bersahabat dari Valen menarik perhatian seluruh murid yang berada di kelas.
Dan juga murid laki-laki yang bernama Malvin.
“Wow wow ada bang jago nih.”
Mendengar suara Malvin, Valen dengan segera melangkah ke arah suara.
Brak
Tidak terduga Valen menendang kursi yang diduduki Malvin, tentu saja membuat Malvin terjatuh.
Dilihatnya Malvin lengah, Valen segera mencengram kerah kemeja Malvin dengan kuat
“Don't you dare, macem-macem sama wanita saya!”
Bukannya takut Malvin merespon dengan senyuman meremehkan.
*Bugh”
Satu pukulan dihadiahi Valen ke wajah Malvin.
“Brengsek!” teriak Malvin tidak terima.
“Bayaran karena anda nyentuh wanita, saya.”
Valen berdiri seraya menarik kerah kemeja Malvin, agar Malvin ikut berdiri. Lalu dengan kuat Malvin didorong sehingga menabrak dinding kelas.
Aksi Valen disaksikan oleh seluruh murid yang ada di kelas itu. Hanya ada seruan dan bisikan dari mereka.
Valen mengeluarkan smirk di bibirnya, mata kecilnya menatap mata Malvin dengan tatapan mengintimidasi.
“Jangan pernah sentuh wanita, saya,” ancam Valen.
Valen melepas cengkraman tersebut, ia melempar Malvin sehingga Malvin kembali tersungkur di lantai.
“Lo laki, kan? Ketemu saya di lapangan belakang sekolah nanti malam— jangan berani sama, cewe.”
Setelah memberi tantangan tersebut, Valen melangkahkan kakinya meninggalkan Malvin yang penuh emosi sekarang.
“Awas lo, gue buat mati lo nanti, ya, bajingan!”
“Cantik ....., aku tau kamu cuman pura-pura, Malvin gak sampe mukul kamu.”
Setelah membalas perbuatan Malvin, Valen dengan segera menghampiri gadisnya di uks.
Namun sayang kehadiran Valen, tidak disambut dengan ramah oleh sang gadis. Atha masih tetap terpejam pura-pura.
“Bete!”
Valen tertawa karena tingkah lucu, Atha.
“Udah bel tuh, ayo masuk.”
Atha mendengkus kesal. Ia segera duduk, mau gimanapun Atha tidak mau bolos, walaupun di kelas ia akan mengantuk, ia akan tetap hadir di kelas, walaupun sering dianggap hantu, dia ada namun tak terlihat.
“Sini aku pakein.”
“Gak usah, Atha bukan bayi!”
Atha menolak tawaran Valen untuk memakaikan sepatunya, saat Atha sedang memakai sepatu, bersamaan dengan itu Valen melepas hoodie yang ia kenakan.
Tanpa berbicara Valen mengenakan hoodie nya di pinggang Atha, saat Atha selesai memakai sepatunya dan berdiri tegak di samping Valen.
“Ngapain?” tanya Atha datar saat Valen berjongkok di hadapan Atha, dengan punggung yang ada di hadapan Atha.
“Naik, biar aku antar cantiknya aku, ke kelas. Kasihan habis sakit.”
Atha tersipu malu dengan, ternyata tujuan Valen mengenakan hoodie nya pada pinggang Atha, agar Atha tertutup saat digendong karena Atha mengenakan rok pendek.
“Ayo cantik.”
Masih tersipu Atha segera menjatuhkan dirinya di punggung Valen. Saat itu juga Valen berdiri.
Raut wajah Valen sedikit berubah, ia merasakan sakit dari bekas cambukan papanya semalam.
“Ringan banget, kayak gendong hantu aku.”
“Ih! Ngeselin!”
“Hahahaha, ready?”
“Ready!”
“Pegang erat-erat cantik.”
Atha melingkarkan tangannya di leher Valen dan meletakkan dagunya di pundak kanan Valen.
Atha terkagum, bahkan hanya dilihat dari samping laki-laki itu sangat tampan baginya.
Valen melangkahkan keluar dari uks, walau sakit ia tetap menahannya. Ia harus menebus kesalahannya karena telah membuat gadisnya berurusan dengan berandalan sekolah pagi ini.