Jujur
Luka yang di terima bulan di sekolah tadi di obati oleh dokter Wenda, sahabat uncle Keenan.
Dokter Wenda sedikit kaget ketika melihat keadaan badan bulan. Seperti ada bekas cambukan di punggungnya, namun bekas lukanya sudah kering.
“Jujur sama uncle, siapa yang ngelakuin itu semua?” Tanya Keenan ketika bulan selesai di obatin.
Kini Keenan, bulan dan dokter Wenda tengah duduk di ruang tamu rumah Keenan.
Bulan takut, ia menunduk dan memainkan jari-jarinya karena takut.
“Papa,” Jawab Bulan dengan pelan.
Keenan dan dokter Wenda tersentak kaget.
“Kenapa bisa? Sejak kapan?” Keenan seperti sangat emosi sekarang, kenapa ada orang tua yang memukul anaknya sehingga seperti ini.
Bulan menggelengkan kepalanya. “Sejak kelas 1 SMP,” Lirihnya.
Dokter Wenda menggenggam tangan Bulan yang bergetar. “Bintang?” Tanya dokter Wenda.
Bulan menggeleng. “Cuman Bulan,” Jawabnya.
Keenan membuang nafasnya kasar. “Apa alasannya?”
Tidak sengaja bulan meneteskan air matanya. Ia sangat sensitif jika di tanya mengenai keluarga.
“Karena papa mengira bahwa kehadiran bulan dan bintang membuat mama Eva meninggal, dan karena bintang adik maka bulan yang menanggung semuanya,” Jelas Bulan dengan tangisan pecah.
Dokter Wenda dengan segera membawa bulan kepelukannya. Keenan masih di dalam emosinya, ia tidak menyangka bahwa Gibran sahabat baiknya bisa sekejam itu terhadap sang anak.