.

“Kak, berhenti dulu b-bisa kak?” Tanya Embun ke Yudhis yang sedang menyetir.

Embun tengah menahan rasa sakit kontraksinya, sakitnya luar biasa.

“Kontraksi lagu Bun?” Tanya Yudhis disaut anggukan oleh Embun.

Yudhis segera melihat sekitar, ia melihat di mana ia bisa menepikan mobilnya sebentar.

Setelah berhasil menepikan mobilnya, Yudhis segera mengeluarkan handphone untuk membuka aplikasi penghitung waktu kontraksi Embun.

Karena rasa sakit yang luar biasa, Embun mencengkram erat lengan Yudhis.

“Huffff,” desis Embun.

“Sebentar lagi, satu menit tahan ya Embun.”

Jujur Yudhis sangat khawatir, terlebih hari ini sudah h-1 due date.

Embun kembali menyandarkan kepalanya, ia melepaskan cengkeraman tangannya tadi.

“Udah kak, maaf ya tadi Embun cengkramnya kuat banget,” ucap Embun ketika kontraksinya telah usai.

Yudhis merasa lega sedikit. “It's okay, gak sakit sama sekali, ini jadinya kita ke taman?”

Embun mengangguk. “Tapi beli ice cream dulu boleh?” Tanya Embun.

Yudhis tersenyum dan mengangguk. “Of course tuan putri!” Serunya disahut kekehan oleh Embun.


“Enak es krimnya?” tanya Yudhis.

Kini mereka sedang duduk di kursi taman, seraya memakan es krim sesuai permintaan Embun.

“Enak kak, tapi gak ada yang rasa cokelat. Rasa cokelat lebih enak,” jawab Embun namun tetap memakan es krim yang ada di tangannya.

Yudhis terkekeh mendengar jawaban Embun. “Tapi belinya tetap tujuh ya.”

“Ihhh mana ada, cuman dua ya!” Sanggah Embun disahut kekehan oleh Yudhis. Ia puas membuat Embun kesal.

“Kak mau itu,” pinta Embun seraya menunjuk ke orang yang sedang berjualan.

“Apa itu?”

“Itu paus yang bisa keluar balon gitu.”

Yudhis menggeleng karena permintaan Embun yang aneh. Namun tentu saja ia turutin, kalo tidak bisa bahaya.

“Ini,” ucap Yudhis seraya menyerahkan dua paus balon yang diminta Embun.

“Yeayyy!! Terima kasih kak, ayo pulang!” Seru Embun bersemangat.

Yudhis mengangguk, mengikuti langkah Embun.

“Hati-hati Embun,” peringat Yudhis melihat Embun yang begitu semangat.

“Piwww piwww, balonnya banyak ihhhh.”

“Pausnya kembar, pink and blue.”

“Nanti Embun kasih nama siapa ya?”

“Wiiiiiii.”

Begitulah ocehan yang keluar dari mulut Embun, yang membuat Yudhis terkekeh melihatnya.