.
“Kan aku udah bilang kak, aku bisa sendiri,” protes Embun ke Sandy yang sedang membuatkan susu untuk dirinya.
Kini usia kandungan Embun sudah hampir menginjak 9 bulan, dan Embun juga sudah merasakan kontraksi.
Tentu saja hal itu membuat teman-temannya semakin posesif, bahkan tidak sehari pun Sandy tidak berada di apartemen Embun.
“Duduk aja di situ Embun, jangan banyak protes,” sahut Sandy dengan lembut.
Namun tentu saja hal itu semakin membuat Embun kesel, bukannya gimana-gimana seharusnya Embun banyak gerak.
“Nih diminum susunya, jangan cemberut terus,” suruh Sandy seraya meletakkan segelas susu di meja di hadapan Embun.
Embun menatap mata Sandy dengan tatapan tajam. “Lagian kakak yang rese,” ucap Embun namun susu yang dibuatkan oleh Sandy tetap diminum olehnya.
Sandy terkekeh melihat sifat Embun, terkadang manja, terkadang suka marah-marah, mood swing. Memang itu hal biasa bagi ibu hamil, untung saja Sandy bisa sabar menghadapi sifat Embun.
“Enak?” Tanya Embun Sandy ketika Embun sudah menghabiskan susunya.
Embun menggeleng. “Gak enak, kayak kak Sandy,” Jawab Embun kesel.
Karena gemes Sandy mengacak-acak rambut Embun. “Udah mau due date kan?”
Embun mengangguk, moodnya tiba-tiba saja berubah, kini Embun menjadi khawatir mendengar pertanyaan Sandy.
“Embun takut,” ucap Embun pelan.
“Kenapa takut?”
Embun melihat sebentar perutnya yang kini sudah membesar. “Takut Embun gagal,” jawab Embun seraya memainkan jari-jarinya.
“Gpp Embun, saya yak-” ucapan Sandy harus terpotong karena ringisan Embun.
“Arghh, kak sakit,” ringis Embun seraya menggenggam erat tangan kanan Sandy.
Kontraksinya datang lagi, hari ini terhitung h-2 due date. Kontraksi Embun bisa tiba-tiba saja datang.
Dengan cepat Sandy meraih handphonenya dan membuka aplikasi penghitung berapa lama kontraksi Embun.
“Gpp kan? Sakit banget hm?”
Embun menggeleng. “Nikmat, nikmat hufff,” Jawab Embun seraya menahan rasa sakit dari kontraksinya.
“Satu menit, tahan ya nikmatnya, nikmat,” Ucap Sandy menenangkan Embun.
Ia tidak peduli seberapa kencang genggaman Embun, bahkan bisa di bilang seperti cakaran.
Satu menit telah berlalu, kontraksi Embun berakhir, dan tiba-tiba moodnya kembali membaik.
“Hahahaha, nikmat banget kak,” seru Embun ceria.
Sandy tersenyum, memang sudah biasa ia melihat hal seperti ini. Namun entah kenapa malah Sandy yang sedih melihat keadaan Embun sekarang.
“Nikmat sampai tangan saya di cakar?” Goda Sandy sebagai candaan.
Embun terkekeh ketika melihat bekas cengkraman kuat dari tangannya di tangan Sandy.
“Hehehehe,” kekeh Embun.
“Udah malam, bentar lagi Cherry datang. Daffa yang akan jaga di ruang tamu nanti, saya ada urusan gpp?”
Embun mengangguk. “Gpp kak, terima kasih ya kak, Embun gatau deh kayak mana kalo gak ada kalian,” kata Embun berterima kasih atas semua yang telah Sandy berikan kepada dirinya.
Sandy tersenyum, ia mengusap pelan rambut Embun. “Semangat calon bunda.”