kebohongan menjadi kebahagiaan

Sedari tadi Ran tidak berhenti tersenyum setelah mendengar bahwa dirinya mendapatkan donor mata.

Sebentar lagi Ran akan kembali melihat, ia sangat ingin kembali melihat senyum sang ayah, senyum kedua abangnya dan juga senyum Fito.

“Ayah, Ran mau ketemu Fito!” ucap Ran bersemangat.

Johnny tersenyum tipis mendengar permintaan sang anak. Ia menoleh pandangannya ke seseorang yang baru saja ia kenal, orang tersebut adalah bunda Fito.

Bunda melangkahkan kakinya mendekati Ran.

“Sayang ini bunda,” kata bunda dengan suara lemah dan serak karena habis menangis.

“Bunda! Fito dimana?”

Bunda tertegun, lagi-lagi ia meneteskan air matanya.

“Fito lagi tidur sebentar, tapi Fito ada sesuatu untuk Ran.”

Dengan tangan bergetar bunda mengeluarkan handphonenya, lalu ia menghidupkan satu rekaman suara.

*“Halo Ran jelek, katanya kamu mau operasi ya? Aku bahagia denger itu, kamu udah berjuang sejauh ini. Aku bangga banget sama kamu Ran. Terus berjuang sampai garis finish ya? Hei, jangan nangis, Ran jelek kalo nangis hahaha. Nanti jangan takut ya pas di operasi, gak sakit kok, kayak di gigit semut— tapi semutnya galak kayak Ran hahahaha. Terus semangat ya Ran, apapun yang kamu hadapi setelah ini inget hal ini aku akan selalu ada untuk kamu, dan mendukung kamu. Aku akan selalu ada untuk menarik kamu disaat orang-orang sedang menjatuhkan kamu. Jadi jangan pernah merasa sendiri ya? Hei, aku bangga banget sama jelek aku satu ini! Semangat jelek. Nanti sehabis operasi kita ketemu ya sehabis kamu operasi, kita rayain ulang tahu kamu.*

Bohong jika Ran bilang dirinya tidak menangis sekarang. Nyatanya air matanya sudah mengalir deras sedari tadi.

“Nanti Ran ketemu Fito kan bunda?” tanya Ran kepada bunda

“Iya Ran, nanti kita ketemu Fito ya.”


Maaf Ran, maaf aku harus melakukan ini semua, aku cuman ingin lihat kamu bahagia sampai akhir.