Kebusukan

“Nana gak usah panik, mungkin Bella cuman cari angin sebentar.”

”..........”

“Iya Nana, Abang cari, kamu jangan khawatir,” Finish Jaffrey lalu ia menutup teleponnya.

“Jangan panik, soalnya dia ada di samping saya sekarang,” Monolog Jaffrey dengan seringai di mulutnya.

Jaffrey mengendarai mobil nya semakin kencang. “Bella, Bella, kalo mau nyudahin hidup jangan bunuh diri, biar gue bawa aja ke dia,” Sambungnya.

Bella sudah di bius oleh Jaffrey tadi, kini pingsan di bangku penumpang tepat di sebelah Jaffrey.


1 Jam yang lalu

Gue menulis satu kalimat di kertas, lalu gue membereskan barang-barang gue semuanya.

Gue hendak keluar dari apartemen Nana. “Bunda harus ngejaga kamu di sana,” Monolog Gue.

Kini gue cuman membawa sebuah tas ransel dan handphone di tangan gue. Berjalan gatau kemana yang penting sampe.

Sampai akhirnya gue tiba di Jembatan pinggir sungai. Gue menarik nafas dalam-dalam.

“Bella bodoh, kenapa Tuhan jahat sama Bella!” Jerit gue, gue udah gak peduli kalo ada yang lihat gue.

“Kenapa Tuhan ambil dia juga, dia harapan Bella satu-satunya!” Gue gak sanggup menahan air mata lagi.

Gue menangis sejadi-jadinya di sana, gue merasa bersalah sama keadaan.

“Nangis gak menyelesaikan masalah,” Ujar seseorang. Gue melihat ke asal suara itu ternyata dia adalah Jaffrey.

Gerak-gerik Jaffrey sangat aneh, dia berusaha mendekati gue. Dan detik kemudian dia menusuk sebuah jarum suntik ke leher gue.

“Arghh shit kimia,” Umpat gue sebelum kesadaran gue menghilang.