Kembali

“Kamu kurusan Jo,” kata Embun membuka topik pembicaraan.

Jonathan tertawa kecil mendengar perkataan Embun.

“Kamu gak makan ya? Segitunya kehilangan aku?” tanya Embun dengan nada bercanda.

Jonathan menatap mata Embun. “Iya Embun, aku benar-benar kehilangan semangat hidup waktu kamu pergi,” jawab Jonathan serius.

Raut wajah Embun tiba-tiba berubah menjadi serius.

“Ulululu ihh jadi gak enak pipinya di unyel-unyel,” goda Embun tiba-tiba dengan kedua tangan mencubit pipi Jonathan.

“Aduh-aduh,” ringis Jonathan.

“Dih, padahal cuman pelan,” sahut Embun bete.

Jonathan terkekeh melihat raut wajah Embun. “Apa kabar Embun?” tanyanya.

“Gak mau jawab bete!” ketus Embun.

“Baikan?” tanya Jonathan.

Embun membuang mukanya, mengalihkan pandangan agar tidak menatap Jonathan.

“Emang siapa yang marahan!” jawab Embun ketus.

Jonathan merasa senang dapat mendengar kembali candaan Embun, walaupun ia tau Embun memaksakan itu.

“Kamu capek Embun?”

Embun mengalihkan pandangannya, menatap Jonathan.

“Capek banget, tapi Embun gak akan nyerah,” jawab Embun dengan suara yang bergetar seperti sedang menahan tangis.

Jonathan meraih tangan Embun, menggenggam kedua tangan Embun dengan erat.

“Kita berjuang sama-sama ya?”

Deg

Kalimat tersebut mengingatkan Embun kepada Sandy, ia takut dengan kalimat itu.

Air mata Embun berhasil lolos membasahi pipinya.

“No, not again,” jawab Embun lemah.

“Hmm?”

“Jangan pergi Jona,nanti Gala sendirian,” ucap Embun dengan tatapan memohon.

Jonathan menyatukan alisnya kebingungan, lalu ia menggeleng dan berkata, “gak akan Embun, aku gak akan pergi lagi,” jawabnya seraya menarik Embun ke pelukannya, membiarkan Embun menangis sejadi-jadinya disana.