Khawatir

Sesuai perintah dari nomor anonymous yang masuk ke hp Nasya yang mengaku bahwa dirinya adalah Malvin.

Nasya diam-diam keluar dari rumah di tengah malam untuk mendatangi Malvin.

Namun sesampainya di tempat tersebut yang merupakan sebuah taman, Nasya tidak dapat menemukan sesosok Nasya di sana.

“Kak Malvin dimana ya?” Monolog Nasya pada dirinya sendiri.

Nasya terus menerus melihat ke sekitar, tanpa di sadari jam tangan yang di pakai Nasya menunjukkan jam 11 malam.

“Nasya takut kak Malvin kecewa,” Ucap Nasya dengan perasaan tidak enak.

Tiba-tiba saja hujan deras turun membasahi tanah, dan juga Nasya.

Di taman tersebut tidak ada tempat berteduh, satu-satu persatu orang yang ada di sana beranjak pergi, namun tidak dengan Nasya. Nasya masih setia menunggu Malvin.

Tubuh Nasya bergetar akibat dinginnya angin malam beserta hujan yang menyelimuti dirinya.

“Kak Malvin marah banget ya sama Nasya?”

“Maafin Nasya kak.”

Nasya hendak mengambil handphone, namun dia teringan bahwa dia tidak membawanya.

Nasya menangis, namun air matanya bercampur dengan air hujan yang terus menerus membasahi dirinya.

“Maafin Nasya,” lirih Nasya menyesali perbuatannya.

Perbuatan yang menurutnya itu sangat salah.

“Nasya!” Suara perempuan dengan keras memanggil nama Nasya.

Tentu saja suara tersebut menarik perhatian Nasya.

“Bunda.” Nasya bisa melihat Bunda Novi berlari menghampiri dirinya.

Bunda Novi berlari menghampiri Nasya yang sedang duduk di taman sendirian di tengah hujan lebat.

“Nasya sayang, kamu ngapain hujan-hujanan nak,” Ucap bunda seraya memeluk Nasya erat-erat.

Nasya menangis tersedu-sedu di pelukan ibundanya. Ia tidak bisa berbicara, rasa sakit di hatinya menguasai dirinya sekarang.

“Bunda,” Lirih Nasya.

Bunda Novi perlahan membawa anaknya jalan ke arah mobil, dimana Athaya dan juga Zarra berada di sana.

“Nasya lo gpp?” Tanya Zarra dengan nada khawatir melihat keadaan Nasya yang basah kuyup.

“Atha langsung ke rumah ya, biar Nasya bersih-bersih.” Athaya segera menjalankan mobilnya dengan cepat.

Nasya menceritakan semuanya ke Bunda dan juga Zarra. Bahwa Malvin tadi mengajaknya ketemuan tapi melalui nomor lain.

Mendengar hal itu Athaya sedikit curiga, tidak mungkin Malvin melakukan hal itu, mengingat bahwa Athaya pernah mengecam Malvin.