Kill me

Perlahan gue berusaha membuka mata, begitu kagetnya gue melihat keadaan gue sekarang.

Dengan keadaan kaki menggantung, tangan terikat di rantai yang menjulur tinggi pada sebuah katrol.

“Arrgghhh,” ringis gue.

“Oh hai cantik!” Sapa seorang pria di sana.

“Who are you?”

Pria itu tersenyum dan memberikan kode untuk menurunkan gue sedikit.

“Perkenalkan saya Kris, musuh terbesar Johnny Suh,” Jawab dia.

Fuck, lagi-lagi Johnny. Sebesar inikah efek dari dia?

“Dan perkenalkan dia,” Ucap Kris memperkenalkan seseorang yang baru saja menghampiri dirinya. “Chealse My beloved wife,” Sambungnya.

Chealse, rubah sawah. Bedebah kamu.

“Hai Bella, ternyata kamu masih hidup? Gue kira udah mati depresi,” Ejek dia seraya tertawa.

“Diam mulut kamu!” Bentak gue.

“Boleh aku mulai permainannya?” Tanya Chealse ke Kris.

Kris merespon dengan senyuman. “Do it,” Respon dia.

Chealse tersenyum, lalu gue ngelihat dia mengeluarkan sebuah pisau dari saku bajunya.

Dia mendekat ke gue. “Dulu di perut ini pernah mengandung anak Johnny kan? Gue gak Sudi!” Kata dia dengan nada tinggi.

“Lo harus mati!” Seketika pisau yang ada di tangan Chealse menancap tepat di perut gue.

“Arghh,” Keluh gue, sakit gue gak bisa ngapa-ngapain sekarang. Gue gak bisa kabur.

Chealse tertawa melihat darah gue yang mengalir kemana-mana. “Lo harus tau posisi lo Bella, lo harus sadar sekarang ko berhadapan dengan siapa!”

Yang gue lakuin sekarang cuman nangis, dan menahan rasa sakit. Menunggu nyawa gue benar-benar menghilang dari badan gue.

“Sekarang giliran aku sayang,” Ucap Kris.

Gue ngelihat Kris membawa sebuah cambukan di tangannya. Gue menggeleng lemah.

“No, please no,” mohon gue dengan nada rendah.

Namun tidak ada yang peduli dengan keadaan gue sekarang.

Plakk

Kris mencambuk punggung gue dengan keras. Sakit, perih, gue gak bisa ngejelasin gimana rasa sakitnya, gue cuman bisa nangis, melawan pun tidak bisa.

Plakk

Satu cambukan lagi berhasil mendarat di punggung gue.

Kenapa? Kenapa harus gue yang menerima semua ini, sakit.

“count,” Suruh Kris dengan nada mengintimidasi.

Gue menggeleng lemah, gue gak mau menuruti perintah dia.

Plakk

Lagi-lagi Kris mencambuk gue dengan sangat keras.

“Just fucking kill me !” Jerit gue dengan sekuat tenaga.

“Count!” Teriak dia menyuruh gue menghitung.

Plakk

Gue udah gak sanggup, gue kehilangan tenaga. Gue udah benar-benar gak sanggup lagi.

“One,” gue menuruti perintah dia. Gue dapat melihat samar-samar dia tertawa, dan begitupun dengan Chealse.


Badan gue terasa sakit, sangat sakit. Gue masih tergantung seperti tadi.

Apa gue udah mati?

Perlahan gue membuka mata, samar-samar gue mendengar suara baku tembak di luar sana. Dan gue dapat melihat orang-orang yang gue kenal.

Gue tersenyum ketika melihat seseorang menghampiri gue. Di mata gue dia adalah pangeran kecil gue. Haechan, gue ngelihat Haechan.

“Haechan.... Maafin.... Bunda.... Haechan,” Ucap gue terbata-bata karena gue udah gak punya tenaga.

Orang tersebut membantu gue terlepas dari rantai, kini gue ada di pelukan dia. Dan gue dapat melihat dengan jelas siapa orang yang ada di depan gue.

Dengan sekuat tenaga gue meraba saku celana, mengambil secarik kertas yang udah gue sediakan tadi.

“Sorry,” Ucap gue seraya menyerahkan kertas itu ke Johnny.

Gue ngelihat Johnny menangis, menangis sejadi-jadinya.

“Bunda-”

“Sayang-”

“K..kalian-”

Kini gue benar-benar kehilangan kesadaran, suara yang terakhir kali gue denger adalah suara tangisan Johnny.

Setidaknya gue dapat pergi dengan tenang sekarang. Gue berharap Johnny membawa jasad gue dan menguburkannya dengan terhormat nanti.


“No Bella no!” Teriak Johnny dengan tangisan.

Ia masih memeluk Bella yang sekarang tidak lagi bergerak.

Ia sangat merasa bersalah, menyesal ketika melihat wanita yang dulunya ada di pelukannya kini terlihat sangat mengenaskan.

Suara baku tembak masih memenuhi ruangan itu. Semua itu di lakukan oleh Doyoung, Taeyong dan beberapa teman seperkumpulan Johnny.

Johnny masih seruak memeluk Bella, lalu ia membuka kertas yang di berikan oleh Bella tadi.

Ia membaca kertas itu. ' i lost our baby '

Tangis Johnny semakin menjadi-jadi, ia sangat menyesal. Dosa yang telah ia lakukan ke Bella sangat besar.

“Bella bangun, maafkan saya. Maafkan saya,” Ucapnya berkali-kali.

Di lain sisi Chelsea melihat Johnny memeluk Bella, ia merasa cemburu dengan itu.

Ia mempoint pistol yang ada di tangannya tepat menuju Johnny.

“Bella, bangun kita balas mereka yang sudah menyakiti kamu Bella, bangun hukum saya.”

Chelsea menarik pelatuk Pistol itu.

Dorr

Suara tembakan yang berhasil membuat semua orang-orang Johnny terdiam seketika