.

Last but not least

Jonathan menunggu kedatangan Embun di taman rumah sakit sesuai janji dirinya dengan Embun.

“Jona,” panggil Embun.

Mendengar suara Embun, Jona dengan segera mengalihkan pandangannya. Namun ia sedikit kaget karena Embun yang duduk di kursi roda di antar oleh Sandy. Saudara tirinya.

Embun tersenyum ke arah Sandy. “Kak Sandy terima kasih ya udah antar Embun, sampai sini aja. Nanti Embun kabarin kalo udah,” Ucap Embun.

Jujur hati Jona sakit ketika melihat Embun tersenyum kepada pria lain, terlebih pria tersebut adalah saudara tirinya.

Sandy mengangguk, sebelum pergi ia menatap mata Jona sesaat, tatapan itu sangat tajam seakan-akan sedang memperingatkan Jona.

Setelah Sandy pergi, Jona jongkok tepat di depan Embun.

“Kamu kenapa bisa gini Embun?” Tanya Jona, tangannya berusaha memegang tangan Embun yang terbalut dengan perban.

Dengan cepat Embun menepis tangan Jona.

“Cuman kecelakaan kecil Jo,” Jawab Embun.

Jona kaget ketika tangannya di tepis, tangan yang dulu sering menggenggam dan mengusap kulit lembut Embun, namun kini di tolak oleh Embun.

Jona tersenyum, ia duduk di bangku yang ada di sebelah kursi roda Embun.

Keadaan hening, tidak ada dari mereka yang berbicara. Tidak ada canda tawa yang seperti dulu , bahkan udara di antara mereka sangat canggung.

“Jo-” panggil Embun dengan lembut.

“Iya?”

“Kita di takdirkan bertemu, kita di takdirkan untuk bersama walaupun di waktu yang singkat,” ucap Embun membuka topik pembicaraan.

Jonathan hanya diam, ia menyimak setiap perkataan Embun.

“Takdir yang indah, kebahagiaan yang tidak pernah aku rasain sebelum aku bertemu dengan kamu.”

“Pelukan hangat yang sangat tulus, sentuhan lembut yang menenangkan, suara indah yang menghibur di kala capek melanda.”

Air mata Embun perlahan jatuh, setiap kata yang ia ucap, seperti goresan pisau yang menyayat kulitnya.

Jonathan sangat ingin memeluk erat tubuh Embun sekarang, namun ia sangat takut.

“Namun ternyata takdir kita gak lama ya Jo?” Embun memalingkan wajahnya menatap mata Jona.

“Dulu kamu bilang, aku adalah cinta pertama kamu. Dan dengan aku kamu merasakan kebahagiaan untuk yang pertama kali,” tutur Embun dengan sangat lembut.

Embun menghela nafas kasar, ia tidak peduli seberapa deras air mata yang keluar dari matanya.

“Tapi sayangnya aku gak bisa ngebahagiain kamu sampai akhir, aku minta maaf ya?”

Jona menggeleng dengan sangat kuat. “No, jangan minta maaf,” imbuh Jona dengan suata bergetar seperti sedang menahan tangis.

Embun meraih kedua tangan Jona, ia menggenggam tangan besar itu.

“Jonathan Arkananta, terima kasih telah menggenggam tangan aku dengan sangat erat pada saat aku jatuh, terima kasih atas kehangatan yang telah melindungi aku dari dinginnya malam.” Embun menjeda ucapannya. “Terima kasih karena telah bersedia menegakkan badan untuk melindungi tubuh aku yang lemah dari kejamnya dunia,” lanjutnya.

Jonathan tidak bisa menahan air matanya lagi, ia menangis, kalimat yang Embun lontarkan sangat menyayat hatinya.

“Aku sayang sama kamu Jo, sampai kapanpun itu,” ungkap Embun, membuat Isak tangis Jonathan semakin menjadi-jadi.

Begitupun dengan Embun, air matanya tidak berhenti mengalir.

“Embun pernah mendengar kalimat ini dari sebuah lagu, meski semua ini menyakitkan tapi, akan selalu ada kata selamat dalam setiap kata selamat tinggal

Embun menggenggam tangan Jonathan semakin erat, ia mengusap pipi Jonathan secara bergantian menggunakan tangannya.

“Untuk yang terakhir, terima kasih atas segala-galanya Jonathan.” Embun menangkup kedua pipi Embun, untuk yang pertama kali ia melihat lelaki kuat yang sangat ia sayangi menangis deras di depan dirinya.

Embun memberikan senyuman untuk Jonathan, sebelum ia melepaskan tangannya.

“Selamat tinggal Jonathan, terima kasih karena telah memilih aku sebagai wanita pertama yang beruntung yang menerima cinta kamu, berbahagialah dengan takdir kamu nantinya,” Isak Embun.

“I hope you're happy and Happier Jonathan Arkananta,” Finish Embun sebelum ia meninggalkan Jonathan yang menangisi dan menyesali semuanya.

Embun membalikkan kursi rodanya, perlahan ia menjalankan kursi rodanya, karena tangannya yang masih lemah.

Namun beberapa saat kemudian, Sandy datang membantu dirinya.

“Embun,” panggil Jonathan.

Embun menyuruh Sandy untuk berhenti sebentar. Sandy membalikkan kursi roda Embun kembali menatap Jonathan.

Jonathan tersenyum menatap Embun. “Untuk yang terakhir kalinya, aku akan mencintai mu selalu.”

“Izinkan aku untuk menjadikan kamu cinta pertama dan terakhir aku Embun Gayatri,” Pinta Jonathan dengan lembut.

Embun membalas senyuman yang di berikan Jonathan, ia mengangguk.

“Sampai kamu menemukan cinta kamu yang selanjutnya ya Jo? I love you, aku pamit,” pamit Embun lalu menyuruh Sandy kembali membantunya untuk mendorong kursi roda.

“Never, I love you more Embun, as always,” monolog Jonathan seraya menatap Embun yang semakin menjauh.

Mungkin ini yang terakhir, namun ini bukan akhir dari segalanya.


Akan selalu ada kata selamat dalam setiap kata selamat tinggal Lirik lagu dari Virgoun feat Audy – selamat ( selamat tinggal)