.

“Loh Ara, sendiri aja?” Tanya Embun yang baru saja keluar dari toilet dan melihat Ara baru saja tiba di apartemennya.

Tentu saja Embun tidak kenapa-kenapa, itu hanya kebohongan Ara dan Hujan agar Sandy pulang.

“Hehehe gak kok kak, nanti juga ada yang dat-”

“Embun!” Teriak seseorang yang baru saja tiba di apartemen Embun, menyelonong masuk tanpa salam.

“Tuhkan dateng,” ucap Ara menyambung ucapannya yang sempat terpotong.

“Kak Sandy?” Embun kaget karena Sandy tiba-tiba saja datang dengan panik.

Grep

Sandy memeluk Embun dengan erat, Embun hanya diam tanpa ada perlawanan. Hujan dan Ara yang melihat tersebut hanya senyum penuh kemenangan.

“Kamu gpp?” Tanya Sandy dengan nada khawatir.

Embun menggeleng, ia menatap mata Sandy yang berkaca-kaca. “Embun kenapa?” Tanya Embun balik.

Sandy terheran, bukannya Embun menjawab malah bertanya balik?

“Kata Hujan kamu kepeleset di kamar mandi,” jawab Sandy tegas.

Pelaku yang namanya baru saja disebut dengan cepat melarikan diri dari sana. Mereka berdua masuk ke kamar Embun, tidak lupa mengunci pintunya.

Namun Embun merasa takut sekarang, ekspresi dan juga nada bicara Sandy seperti sangat marah, tatapan matanya lebih tajam dari biasa.

“Maaf kak,” ucap Embun meminta maaf atas kejahilan adiknya. “Embun gak pernah suruh Hujan, mungkin ini salah Embun juga sehabis Embun chat kakak, Embun jadi cuekin Hujan.”

Sandy menghela nafas lega, walaupun ia sangat marah karena kebohongan Hujan. Namun ia lega karena Embun baik-baik saja.

“Maaf.”

Embun menyeringitkan dahinya, seakan-akan bertanya kenapa kak Sandy minta maaf?

“Maaf, tadi aku bohong,” jujurnya.

“Bohong?”

Sandy mengangguk, ia menunduk merasa bersalah kepada Embun.

“Tadi aku bukan kerja, tapi tadi aku ketemuan sama mantan aku,” lanjutnya mengakui kesalahannya.

Embun terdiam, ia tidak tau untuk menjawab apa. Haruskah dirinya cemburu atau marah?

“Mantan?”

Sandy mengangguk.

Embun tertawa melihat ekspresi Sandy yang terlihat seperti sedang ketakutan.

“Ya gpp kak, aku gak larang kakak ketemu sama siapa. Bebas kak,” tutur Embun dengan tenang.

Sandy merasa heran, kenapa Embun tidak marah terhadap dirinya?

“Gak marah?”

Embun menggeleng.

“Embun gak punya hak, ya walaupun Embun sedikit kecewa karena kakak bohong-”

“Tapi ya itu hak kak Sandy, Embun bisa apa?”

Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Sejujurnya Embun sakit hati karena Sandy berbohong, bukan karena Sandy yang baru saja jumpa dengan mantannya.

“Maaf,” ucap Sandy lagi.


“Tuhkan bener apa kata Ara! Mana beneran mantannya,” sentak Ara ke Hujan.

Mereka berdua sedang menguping obrolan orang dewaa di luar sana.

“Sepertinya kita harus hati-hati captain!” Seru Hujan.

“Benar sekali! Captain akan selalu memantau, pasang mata kita dimana-mana, siapkan peluru!”

Mereka berdua berjabat tangan, dan kembali menyusun rencana agar tidak terjadi apa-apa ke Embun dan juga Sandy.