.
“Loh, kenapa belum dikasih To?” tanya seorang wanita paruh baya kepada anaknya yang kini sedang mendorong kursi roda miliknya sendiri.
“Iya Bun, kayaknya tetangga sebelah lagi ada masalah, jadi besok aja Bun,” jawab sang anak.
“Oh yaudah, oh ya Fito itu semua barang-barang kamu sudah bunda susun, tinggal beberapa buku yang mungkin kamu mau pilih-pilih dulu.”
Fito Ray Fahlevi, atau yang biasa dipanggil Fito oleh sang bunda. Mereka berdua baru saja pindah ke rumah baru, rumah yang tepat di sebelah rumah keluarga Aditya.
Tadinya Fito hendak memberikan buah tangan untuk keluarga Aditya sebagai tanda perkenalan, dan juga bunda berharap dirinya bisa berteman dengan ketiga anak keluarga Aditya.
Bunda Fito mengetahui tentang keluarga Aditya dari RT setempat, jadinya bunda menyuruh Fito agar segera berkenalan.
Namun sayangnya pada saat Fito hendak memberikan buah tangan, Fito malah mendengar pertengkaran hebat keluarga tersebut.
Setelah mengembalikan buah tangan yang tidak jadi dikasih kepada keluarga Aditya, kini Fito mendorong kursi rodanya menuju kamar.
Sesampainya di kamar, ia memandang sejenak kamar barunya tersebut. Fito sudah muak dengan semua ini, sudah hampir lima kali dirinya dan bunda pindah rumah dalam waktu dua bulan. Itu hal yang melelahkan bagi Fito.
Lagi-lagi dirinya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, belum lagi jika di lingkungan baru dirinya tidak di terima maka lagi-lagi Fito dan bunda memilih untuk pindah.
Fito mendorong kursi rodanya menuju meja yang ada di dekat tempat tidur, ia melihat sebuah foto dirinya dengan bunda dan juga ayahnya.
“Seandainya ayah gak ngelakuin itu semua, Fito gak akan begini. Dan bunda gak akan menanggung semuanya.”