Luka lama kembali terbuka
Saat sedang menunggu bus di dekat sekolah, tanpa sengaja Atha melihat beberapa mobil berhenti di sebuah gedung kosong di dekat sekolahnya.
Konon katanya gedung itu tidak ada yang pernah berani memasuki gedung itu, tapi Atha tidak tau alasannya apa.
Atha tak sengaja melihat seorang perempuan cantik yang baru turun dari mobil itu.
Namun pandangan Atha buram, karena posisi gedung itu cukup jauh dari posisi Atha.
Tapi Atha sadar dan seperti mengenali sosok perempuan itu.
“Itu kakaknya kak Valen? Siapa ya namanya, Lawa, loak, ah! Kak Lauren!”
Atha dibuat heran, ada apa kakaknya Valen tiba-tiba saja ke sana, dan memasuki gedung tua itu.
“Ikutin ah!”
Tanpa ragu Atha kembali berjalan menuju gedung tua itu. Dan tanpa sadar Atha baru saja melewati bus terakhir yang menuju ke rumahnya.
Saat Atha sudah berada di depan gerbang gedung tua itu, Atha sedikit ragu untuk masuk. Namun hatinya terus berkata ia, hal itu membuat kakinya terus berjalan dan kini ia sudah berada di depan pintu gedung tua yang terbuka dengan sangat lebar.
Atha bersembunyi di belakang tong minyak besar yang berada di samping pintu masuk gedung. Gadis itu masih bisa mendengar dan melihat secara samar kegiatan yang ada di dalam gedung.
“Kak Malvin!” pekik Atha namun dengan suara kecil. Ia segera menutup mulutnya agar tidak ketahuan.
Mata Atha bahkan berhenti berkedip karena terkejut dengan pemandangan yang ia lihat sekarang.
“Empat orang yang berada di toilet pada saat Valen di bully, bu. Ini cctvnya,” kata Jinan seraya memperlihatkan rekaman cctv yang telah ia ambil dari sekolah.
Lauren menatap Malvin dan ketiga temannya yang kini sudah berlutut dihadapannya dengan tangan yang sudah terikat.
“Modelan begini berani sama adik saya?”
“Siapa anda!” tanya Malvin sedikit berteriak.
Wajah Malvin sudah babak belur karena sebelumnya mereka sudah terlibat perkelahian dengan bodyguard Lauren.
“Menurut kamu? Urus mereka,” perintah Lauren tegas, lalu ia sedikit memundurkan tubuhnya.
“Hidung mengeluarkan darah, kaki patah, benturkan kepalanya. Buat hal yang setimpal dengan apa yang adik saya rasakan.”
“Siap, Bu!”
“Saya akan melaporkan kamu ke ayah saya!” ancam Malvin saat tubuhnya diangkat oleh salah satu bodyguard Lauren.
Lauren tertawa meremehkan. “Apa tanggapan CEO Marvo company saat tau anaknya seorang perundung?”
Malvin tertegun saat mendengar Lauren mengetahui siapa ayahnya. Kini ia benar-benar tidak tau harus berbuat apa. Selain pasrah menerima siksaan dari para bodyguard Lauren.
Dari jauh Atha menangis saat melihat hal itu, tubuhnya bergetar, dadanya terasa sesak. Ia salah sudah melangkah dan menyaksikan semuanya, gadis kecil itu membuat luka lamanya kembali terluka.
Setibanya Valen di rumah, ia mendapati Jayden yang sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah rumah keluarga Shaw.
Dengan penuh ketakutan, ia memberanikan diri mendekati Jayden.
“Pa, saya terpilih menjadi perwakilan peserta olimpiade fisika tingkat nasional, mewakili Jakarta.”
Tidak ada jawaban dari Jayden, laki-laki tua itu masih fokus dengan kerjaannya.
“Valen akan membuktikan bahwa Valen bisa, pa. Valen akan membuat papa bangga.”
Jayden tertawa, bukan kerena lucu. Namun menertawakan keberanian Valen yang dianggap hal bodoh baginya.
Jayden menutup laptopnya dan melepas kacamata yang ia kenakan.
“Kamu fikir saya akan muji kamu? 'wah anak saya membanggakan sekali, saya sangat bangga, semangat ya jagoan saya.' Jangan pernah kamu bayangkan, karena hal itu tidak akan pernah terjadi.”
Valen tersenyum miris, namun ia menerima kenyataan itu, tujuan Valen bukan untuk dipuji namun ia berharap untuk diakui.
“Valen tau, pa.”
“Bagus. Dan kamu harus tau, tanggung jawab kamu lebih besar, kalau kamu kalah maka siap-siaplah. Bukan hanya cambukan, tapi saya bisa saja menjahit mulut kamu itu.”
Jayden beranjak meninggalkan Valen. Valen tertegun dengan ancaman dari Jayden.
Namun tiba-tiba dia teringat akan satu hal, Atha! Ia melupakan gadis itu.
Valen mengeluarkan handphone dari saku celananya. Saat ia hendak menelepon Atha dan menanyakan keberadaan gadis itu, ia dikejutkan dengan pesan masuk dari Naren.