Maaf
“Mana Embun?” tanya Yudhis ke Jonathan, dirinya baru saja tiba di villa dimana Embun, Jonathan dan Galaxy menginap.
Jonathan terdiam sejenak.
“Jo?”
“A-ada,” jawab Jonathan dengan suara kecil.
Dari jauh Yudhis dapat melihat Embun berjalan keluar.
“Kak Jo, aku mau keluar sebentar ya? cari angin hehehe,” kata Embun.
Yudhis sedikit kebingungan, ada yang aneh dari Embun.
Embun menatap Yudhis. “Temen kak Jo ya? Di ajak ke dalam aja kak, Embun juga mau keluar, bye!”
Perlahan Embun melangkah menjauh dari mereka.
“Ingatan Embun mulai melemah, seperti yang dijelaskan dokter Keenan, terkadang dia inget, terkadang dia nganggep gue abangnya, dan Galaxy sebagai adiknya,” ucap Jonathan.
Yudhis terdiam tidak percaya, ia tidak kuasa menahan air matanya.
Embun melangkahkan kakinya menikmati angin sore yang segar.
Namun Indera penciumannya tiba-tiba mencium wangi yang tidak asing bagi dirinya.
Wangi mint, namun Embun tidak dapat mengingat apapun itu.
Tidak mau mengambil pusing, Embun kembali berjalan menyusuri jalan.
Namun ada yang menjanggal, ia merasakan seperti ada yang mengikutinya dari belakang.
Embun menghentikan langkahnya tiba-tiba dan membalikkan badannya dengan cepat.
“Loh temen kak Jona? Ada perlu apa ya, atau mau jalan-jalan juga?” tanya Embun Yudhis, orang yang mengikutinya dari tadi.
Yudhis tersenyum. “Kamu apa kabar Embun?”
Embun kebingungan ketika mendengar bahwa Yudhis mengenal dirinya.
“A-aku? Kamu kenal aku?” tanya Embun keheranan.
Yudhis mengangguk. “Kenal, sangat kenal,” jawabnya.
Embun menyatukan alisnya kebingungan. “O-oh, baik sih. K-kamu?”
“Yudhis, aku baik Embun,” jawab Yudhis.
“Ohhh,” balas Embun singkat.
“Waktu begitu cepat berjalan ya Embun.” Yudhis terus menatap mata Embun, walaupun Embun berusaha payah menghindari agar tidak kontak mata dengan Yudhis.
Tidak ada jawaban dari Embun, ia kembali melanjutkan langkahnya.
“Aku orang terbodoh yang pernah ada di bumi ini Embun, aku menyesal,” kata Yudhis sambil mengikuti langkah Embun.
Namun tiba-tiba langkah Embun terhenti, bahu Embun bergetar. Ia segera membalikkan badannya, Yudhis terkejut ketika melihat Embun yang sedang menangis.
“Maaf, maafin Embun gak inget kak Yudhis,” ucapnya. Kini Embun kembali mengingat siapa Yudhis.
“Embun baik-baik saja kak, Jona memperlakukan Embun dengan baik.”