☀️ Maaf

“Maaf itu hanya kata yang gak ada artinya sama sekali.”

tw // self harm , blood , cutter


Setiap kali Nara berusaha untuk melupakan semuanya dan berdamai. Tapi, rasanya begitu sulit. Sulit hingga Nara ingin mengakhiri semuanya lagi.

Nara tidak mau membenci kepada siapapun untuk kesekian kalinya, maka dari itu dia punya cara sendiri untuk meluapkan semuanya. Dengan cara menyakiti diri sendiri, dengan begitu dia bisa meluapkan rasa sakitnya.

Nara menatap lengan kirinya yang kini mengeluarkan darah akibat sayatan dari cutter yang ada di tangan kanannya.

Namun herannya kenapa tidak sakit sama sekali.

Tak!

Nara menjatuhkan cutter yang ada di tangannya, dua tangannya dengan sendiri tergerak menutup kedua telinga. Di kamar Nara tidak ada siapa-siapa di sana, namun Nara kembali mendengar suara-suara yang dulu selalu dia dengar.

Suara yang selalu membuat Nara takut.

“Kamu yang salah, Mas!”

“Aku? Aku yang salah kamu bilang?

“Ya! Kamu egois, Mas.”

“Keluarga kita hancur karena kamu, Mas!”

Plak!

“Mama ...”

Nara memejamkan matanya seketika, kedua tangannya semakin erat menutup telinga, berusaha agar suara-suara itu tidak kembali menghantui pikirannya.

“Jangan p ... pukul Mama, Pa,” ucap Nara begitu lirih. Perlahan air matanya mengalir, dan mengalir begitu deras, seiringan dengan sepasang tangan yang membantu menutup telinga Nara juga.

Nara mengangkat kepalanya perlahan, mendapatkan sosok yang dia kenal sebagai Abang—Abang yang mempunyai nama lengkap Shakka Abbas Nakara, namun Nara panggil dengan San agar lebih singkat.

Untuk kesekian kalinya San yang menolong Nara saat dia seperti ini. Namun, kali ini San lebih tenang daripada yang pertama kalinya.

Nara melihat bibir San bergerak mengucapkan sebuah kalimat, tapi Nara tidak bisa mendegarnya.

“Abang di sini, Nara ... Abang gak pergi lagi.”

Tangis Nara semakin pecah, bahkan luka sayatan di tangannya kini terasa menyakitkan.

Segera San menarik tubuh kecil Nara ke pelukannya, tidak peduli dengan darah yang akan menodai kemeja putih yang dia kenakan.

Setelah memastikan Nara tenang, San membantu Nara mengobati dan juga membalut luka sayatan Nara. Kemudian menemani Nara, hingga Nara tertidur, melupakan semua yang baru saja terjadi padanya.

San tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Nara saat ini. Namun, dia yakin ada sesuatu yang memicu dirinya hingga berbuat seperti ini lagi.

Memicu Nara kembali mengingat masa lalu kelam yang pernah dia alami. Dimana San sama sekali tidak ada untuk Nara pada saat itu.

Hanya kata maaf yang bisa San ucapkan, namun bagi Nara kata maaf itu hanya kata yang sama sekali tidak ada artinya. Hingga sampai saat ini Nara belum memaafkan dirinya.

San keluar dari kamar San, setelah memastikan adiknya baik-baik saja. Tidak lupa dia membawa kembali sebuah amplop coklat yang dia bawakan untuk Nara tadinya. Amplop yang berisikan kontrak kerja dengan sebuah penerbit, yang San perjuangkan selama ini, agar Nara bisa memulai kembali dan melupakan masa lalu, serta melanjutkan masa kini demi masa depannya.

Namun, kali ini San gagal untuk kesekian kalinya. San hanya mendapatkan rasa sakit setelah melihat Nara seperti tadi.