.

Malam telah tiba, kini Embun dan juga Galaxy sedang berada di kasur untuk beristirahat. Namun seperti biasanya, sebelum tidur banyak hal yang akan dipertanyakan oleh Galaxy.

“Bunda, apa itu ayah?” Satu pertanyaan yang keluar dari mulut Galaxy berhasil membuat Embun tersentak.

“Tadi pas abang sama aunty Ara dan aunty Hujan jajan, abang dengar anak kecil manggil ayah,” lanjutnya.

Embun tersenyum ia semakin mengeratkan pelukannya.

“Ayah itu adalah seseorang yang bertanggung jawab atas keluarga,” jawab Embun.

“Tanggung jawab?”

“Iya sayang, tanggung jawab, dimana seorang ayah akan menanggung semua hal yang terjadi pada keluarga kecilnya. Selain bunda seorang anak juga memiliki seorang ayah.”

Tidak ada jawaban dari Galaxy, ia masih terdiam.

“Abang gak punya ayah?” Lagi dan lagi pertanyaan yang keluar dari mulut Galaxy berhasil membuat dada Embun sakit.

“Bunda, bunda yang menjadi seorang ayah untuk abang, bunda akan bertanggung jawab untuk apapun yang terjadi di keluarga kecil kita! Kalo nanti abang sakit, bunda yang obati, kalo nanti ada yang jahat bunda yang marahin,” jawab Embun seraya kening Galaxy.

Galaxy menatap mata bundanya yang tidak sengaja meneteskan air mata.

Galaxy berbeda dari anak-anak seumurannya. Dia adalah anak yang sangat bijak, dan juga pintar.

Bahkan kepintaran dan kebijakannya dapat membuat siapapun terpukau.

Dengan segera Galaxy mengusap air mata Embun.

“Bunda adalah Ayah, ayah adalah Bunda.” Galaxy tersenyum.

Embun mengangguk, ia kembali memeluk Galaxy dengan erat.

Embun sangat ingin menangis sekarang, menangis dengan keras.

'maaf, maaf bunda gagal menghadirkan sosok ayah buat kamu nak, namun bunda akan berusaha menjadi ayah di hidup kamu Galaxy Dirgantara.'


Jonathan baru saja tiba di apartemen Embun. Namun ia tidak punya keberanian untuk memencet bel apartemen Embun.

Ini bukan yang pertama kalinya bagi Jonathan, hari ini tepat dimana tanggal dirinya menikah dengan Embun, dan juga hari dimana ia berpisah dengan Embun.

“Saya telah melakukan kesalahan dan dosa besar Embun, apakah saya masih punya kesempatan untuk kembali?” Tanyanya seakan-akan dapat merasakan kehadiran Embun disana.