.
Malam yang indah, hujan yang turun seakan-akan ingin menghibur diri Embun.
Kini Embun sedang duduk di sofa kamarnya yang berada tepat di sebelah jendela kamar apartemennya.
Mendengar suara hujan yang meramaikan keheningan di hidupnya.
“Dulu kalo hujan Jona bakalan datang minta di peluk, sekarang kamu udah ada di pelukan orang lain yang lebih nyaman kan Jo?” Embun menatap langit-langit kamarnya, mengingat betapa indahnya moment masa lalu ketika ia masih bersama Jonathan.
Embun tersenyum, di tangannya terdapat sebuah bingkai foto kecil. Foto dirinya bersama Jonathan.
“Kenapa sesusah itu Jo? Kenapa aku gak bisa ngelupain kamu?” Mata Embun berkaca-kaca detik kemudian air matanya membasahi bingkai foto tersebut.
“I Miss you,” Lirih Embun.
Hujan semakin deras membasahi bumi, begitupun dengan air mata Embun yang semakin deras membasahi pipinya.
“Kembali Jo, please Kembali,” teriak Embun meluapkan semua emosinya.
Seberapa kuat Embun berusaha untuk melupakan, saat itu juga memori tentang Jonathan kembali menghantui dirinya.
Setiap hari, setiap malam Embun berusaha untuk tidak menangis, namun ia tidak bisa. Ia tidak bisa menahan semuanya, ia ingin mengakhirinya sekarang juga.
Namun bayi yang ada di kandungannya adalah hidup yang harus di jalankan oleh Embun.
“Jona akan tanggung jawab kalo emang Bella hamil!” Emosi Jonathan meluap-luap di ruang tengah keluarga Arkananta.
Di sana sudah ada Mama Una, Papa Arkan dan juga keluarga Bella.
Mereka menginginkan pernikahan Bella dan Jonathan di segerakan.
“Tapi kamu telah merebut masa depan anak saya!” Bentak Matthew, Papa Bella.
Jonathan tertawa miris mendengar hal tersebut.
“Yakin? Anda yakin saya yang pertama?” Tanya Jonathan seraya menatap mata Bella yang kini tidak berani membuka suara.
“Having sex sana-sini itu hal yang wajar bagi anak muda bukan?” Sindir Jonathan. “Apalagi bagi seorang Syafabella,” Lanjutnya seraya menatap mata Bella dengan tatapan mengintimidasi.
Plakk
Satu tamparan keras dari Mama Una berhasil mendarat di pipi Jonathan.
“Jaga mulut kamu Jonathan,” Peringat Mama Una.
Jonathan sedikit meringis, lalu ia menyeka darah yang keluar dari pinggir bibirnya.
“Oke saya akan menikahi Bella,” Ucapnya seraya bangkit dari duduknya.
Jonathan menatap ke arah Bella lalu mengalihkan pandangannya menatap tegas mata Matthew.
“Jika anda siap melihat anak anda menerima kekerasan dari saya,” Lanjutnya dengan tegas.
Jonathan melangkahkan kakinya keluar dari rumah tersebut tidak perduli atas teriakan mama nya dari dalam sana.
Ia memasuki mobil yang terparkir di depan rumah besar keluarganya Arkananta.
“Arghhhh,” Teriak Jonathan seraya memukul-mukul setir yang ada di depannya.
Jonathan meraih handphone yang ada di dashboard mobilnya, ia melihat foto Embun tersenyum dengan ceria yang dia jadiin lock screen handphonenya.
“Embun, peluk aku sekarang Embun, aku takut,” Monolognya.
Ia menggenggam kuat setir mobilnya. Menundukkan kepalanya, meluapkan semua emosi yang ada di kepalanya.
“Embun, kembali Embun. Aku butuh kamu,” Teriak Jonathan.
Ia kembali menegakkan tubuhnya. Jonathan menangis, ia sangat membutuhkan Embun sekarang.
Benar kata Rey, Jonathan orang bodoh yang tidak tegas. Dan benar kata Yudhis penyesalan itu memang datang terakhir.