.
“Mau makan dimana?” Tanya Sandy ke Embun, fokus Sandy masih ke jalan karena ia sedang menyetir.
Embun berpikir sejenak. “Gatau, Embun gatau Paris,” jawabnya dengan polos.
Sandy tertawa lalu mengacak-acak rambut Embun. “Jawabnya lama ya,” sahut Sandy masih mengacak-acak rambut Embun.
“Ihhh kak!” Protes Embun seraya menahan tangan Sandy. “Berantakan!” Omel Embun seraya memanyunkan bibirnya.
Sekilas Sandy menatap Embun sebelum kembali fokus ke jalan, ia menggenggam tangan Embun dengan tangan kanannya, tangan kiri ia gunakan untuk menyetir.
Jangan tangan gimana keadaan Embun, mukanya sudah seperti kepiting rebus sekarang.
“Abang tidur?”
Embun mengalihkan pandangannya, ia mengangkat kain yang menutupi tubuh kecil Galaxy, karena Embun sedang menyusui.
“Eum, tidur.”
Sandy mengangguk dan kembali fokus menyetir.
Mereka diam, tidak ada satupun obrolan ataupun tawa dan canda yang keluar dari mulut mereka.
“Makan siang Abang ada bawa?” Tanya Sandy membuka topik pembicaraan.
Embun mengangguk mantap. “Udah om papa!” Jawab Embun dengan semangat.
“Papa,” protes Sandy.
Embun mengerutkan keningnya.
“Om papa!”
“Papa!”
“Om papa!”
“Papa!”
Embun mendecak kesal. “Om papa!”
“Papa!” Seru Sandy tak mau kalah.
“Om papa!”
“Papa!”
Perdebatan itu terus berlangsung sampai suara tangisan Galaxy membuat mereka panik.
Dengan cepat Embun melepaskan tangannya yang digenggam oleh Sandy.
“Om papa berisik ya nak? Cup cup cup nanti kita pupuw om papa ya, anak ganteng bunda jangan nangis.” Embun berusaha menenangkan Galaxy yang masih menangis.
Sandy menatap Embun tidak terima. “Kok aku?”
Bukannya menjawab Embun melempar tatapan tajam membuat nyali Sandy menciut.
Mereka bertiga singgah di sebuah restoran yang lumayan mahal, awalnya Embun menolak, namun tatapan tajam dan juga kata-kata singkat dari Sandy membuat Embun seketika menjadi penurut.
Selagi menunggu pesanan datang, Embun menyuapi MPASI untuk Galaxy, mengingat usia Galaxy kini sudah cukup.
Sandy meminta untuk bergantian, jadilah Sandy yang menyuapi Galaxy, dan sesekali bercanda dengan bayi kecilnya.
Embun tersenyum melihat hal tersebut, ia sangat bersyukur bertemu dengan Sandy, semua yang telah Sandy lakukan dan berikan untuknya tidak dapat ia bayar walaupun menukarkan dengan nyawanya.
“Ihh happy banget sih anak bunda, kalo sama om papa aja ketawanya kenceng banget,” ucap Embun seraya mengusap pipi gembul Galaxy.
Seakan paham Galaxy menyahut dengan tawa, tangannya juga tidak diam, ia memukul-mukul meja kursi bayi yang ia duduki.
“Moodnya lagi bagus,” sahut Sandy.
Embun mengangguk setuju.
Makanan mereka sampai, Embun sedikit terkejut dengan makanan yang disediakan oleh pelayan di hadapannya.
Yang memesan semua ini adalah Sandy, karena menu yang tertulis menggunakan bahasa Prancis.
“Kak ini banyak banget?”
“Gapapa, biar kamu lebih berisi. Kamu kurusan.”
Embun masih kaget, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Sandy.
“Iyakan anak papa? Bunda kurus banget kan?” Tanya Sandy ke Galaxy, dan anehnya Galaxy menjawab dengan ocehan dan tawa.
“Bella!” Teriak Jonathan memanggil nama Bella.
Setelah mendapat pesan dari Bella bahwa dirinya sedang sakit, Jonathan dengan segera menghampiri Bella di rumahnya.
Jonathan memang tau password rumah Bella, karena Bella yang ngasih tau. Jonathan mencari Bella di semua sudut rumah, namun ia tidak dapat menemukan Bella.
Muka Jonathan terlihat panik, entah apa yang dipikirkan olehnya.
“Bella!” Teriak Jonathan semakin keras.
“Aku gak nyangka kamu datang,” sahut Bella yang terlihat tidak sakit.
Jonathan dengan segera menghampiri Bella, dan membawa tubuh Bella ke pelukannya.
Bella sedikit tersentak, namun ia juga merasa senang di waktu yang bersamaan.
“Kamu kenapa?” Tanya Jonathan dengan suaranya yang bergetar.
“Aku gapapa,” jawab Bella santai.
Jonathan mengerutkan keningnya, apa dia salah membaca pesan?
“Tadi katanya kamu sakit?”
“Harus aku sakit dulu ya baru kamu khawatir?”
Jonathan mendecak kesal, ia melepaskan pelukannya.
“Gak lucu,” sinis Jonathan lalu segera berbalik dan hendak pergi dari sana.
Tiba-tiba saja langkah Jonathan tertahan. Bella memeluk dirinya dari belakang.
“Jo, kasih aku kesempatan Jo,” pinta Bella.
“Lepas.”
Bella semakin mengeratkan pelukannya.
“Aku mohon, buka hati untuk aku Jo.”
Jonathan terdiam ia teringat, lagi-lagi iya masih menganggap bahwa Bella adalah Embun.
Ia mengingat dulu sewaktu ia masih pacaran dengan Embun, Embun mengirimkan pesan bahwa dirinya sakit, dan pada saat Jonathan menghampirinya Jonathan melihat tubuh Embun yang tergelatak lemah.
“Bell-”
“Aku gak akan suruh kamu lupain Embun Jo, tapi aku mau kamu buka hati untuk aku.”