.
“Nanti mintanya jangan banyak-banyak ya, kasihan om nya, kalo mau beli banyak pake card bunda yang ini aja oke?” Embun menyerahkan satu debit card miliknya, lalu memasukkan card tersebut di kantong baju Galaxy.
Galaxy mengangguk paham. “Siap bunda! Bunda kenapa gak ikut?” tanya Galaxy seraya memerengkan kepalanya.
“Bunda harus nemenin om papa hari ini, jadi Galaxy gapapa kan sendirian sama om Jona?”
Galaxy mengangguk. “Gapapa bunda, om Jona orang baik, kayak bunda,” jawabnya lalu mencium pipi Embun.
Beberapa saat kemudian orang yang tadi di tunggu akhirnya tiba.
“Om Jona!” Seru Galaxy bersemangat sambil berlari menuju Jonathan.
Dengan sigap Jonathan menyambut Galaxy dan langsung menggendongnya.
“Halo jagoan om Jona, udah siap jalan-jalan?”
“Siap dong!”
“Aku titip Galaxy ya Jona,” kata Embun seraya menatap mata Jonathan.
Jonathan mengangguk. “Iya, terima kasih ya,” balas Jonathan dengan senyum mengembang.
“Buat?”
“Kesempatan.”
Embun mengangguk, dan membalas senyum Jonathan. “Sama-sama Jona.”
Jonathan dan Galaxy pun berpamitan ke Embun, menyisakan Embun sendiri disana yang sedang menunggu Sandy.
Tidak lama Jonathan dan Galaxy pergi, Sandy pun tiba.
“Hai,” sapa Sandy membuat Embun sedikit tersentak kaget.
“Ngagetin kamu tuh,” protes Embun seraya memukul pelan lengan Sandy.
Sandy terkekeh sambil menahan tangan Embun yang tadinya memukul lengan dirinya.
“Lagian fokus banget ke masa lalu,” sindir Sandy ke Embun yang sedari tadi memang melihat ke arah jalanan.
“Ihh apasih!” Lagi-lagi Embun mencoba untuk memukul Sandy, namun Sandy berhasil menahan tangan Embun terlebih dahulu.
“Sakit tau,” rengek Sandy.
Embun menatap heran, padahal dirinya tidak memukul Sandy dengan kuat.
“Mana yang sakit?”
“Disini,” ucap Sandy seraya menunjuk dadanya.
Netra mereka saling bertatapan beberapa saat, sebelum tawa keduanya pecah, menertawakan satu sama lain.