Papa Bulan gak pernah bohong
Rumah besar yang berisikan keluarga lengkap itu kini terasa hening. Tidak ada satupun suara dari anggota keluarga. Bahkan tidak ada tanda-tanda kegiatan dari mereka.
Namun berbeda dengan suasana kamar anak sulung keluarga ini. Ruang kamar yang di penuhi suara pukulan dan juga suara jerit kesakitan.
“Pa maafin bulan pa,” Mohon bulan seraya memeluk kakinya.
Namun pria yang di panggil papa itu tidak mendengarkan permohonan anaknya. Ia dengan leluasa memukul punggung sang anak menggunakan tali pinggang yang ia kenakan tadi saat ke kantor.
“Sejak kapan papa ajarin kamu berbohong!” Bentak Gibran ke Bulan.
Plakk
Tali pinggang itu tak henti-hentinya mendarat di punggung Bulan. Yang Bulan rasakan sekarang hanyalah kesakitan dan kepedihan. Ia hanya bisa menangis untuk meredakan semuanya.
“Maafin bulan pa.” Bulan menangis semakin menjadi-jadi.
“Baru saja papa bangga dengan kamu! Tapi apa yang kamu lakukan bulan! Bintang itu adik kamu, kembaran kamu!” Tangan Gibran lagi-lagi mengayunkan tali pinggang itu ke punggung sang anak.
Plakk
“Ampun pa, ampun.” Tubuh bulan bergetar, tidak ada kata-kata lagi yang keluar dari dirinya kecuali kata ampun.
Gibran menatap anaknya dengan penuh amarah.
“Awas aja kamu sekali lagi berbohong!” Murka Gibran lalu beranjak dari kamar Bulan.
Tubuh bulan bergetar lemah, ia terjatuh dengan posisi memeluk kakinya.
“Bulan gak pernah bohong pa,” Gumamnya dengan tangisan untuk meredakan rasa sakit yang ia rasakan.