Pertemuan terakhir
“Hai,” sapa Malvin.
Nasya tersentak kaget, dan tersenyum ke Malvin. “Hai kak,” jawabnya.
Malvin melangkah dan duduk di bangku sebelah Nasya. “Kenapa gak ikutan lihat penampilan mereka?” Tanya Malvin.
Sejenak tidak ada jawaban dari Nasya, ia masih menunduk.
“Gapapa,” jawab Nasya singkat.
“Maaf.” Tiba-tiba Malvin mengucapkan kata maaf membuat Nasya mengangkat kepalanya.
“Maaf karena harus berakhir seperti ini, gue bakalan selalu sayang sama lo ca. Sampai kapanpun itu,” ucap Malvin.
Air mata Nasya mengalir deras, ia terisak mendengar ucapan dari Malvin barusan. Nasya memukul-mukul dadanya yang terasa sakit, Malvin hendak menahannya namun tangan Malvin terlebih dahulu ditepis oleh Nasya.
Nasya mengangguk. “Nasya tau, Nasya ikhlas.”
“Gue bakalan tunangan sama Aleta, gue terpaksa.” Satu kalimat yang berhasil membuat Nasya semakin terpukul dan terisak.
Tanpa berpikir panjang, Nasya pergi dari sana. Masih dengan tangisan yang tak kunjung berhenti.
Nasya berhenti di gudang sekolah, tidak ada satupun orang disana.
Nasya menangis menjadi-jadi, meluapkan semua rasa sakitnya. Nasya menangis, namun tangisan itu ia tahan dengan tangannya.
Ia tidak ingin didengar oleh satu orangpun. Nasya menggigit gepalan tangannya agar tangisannya tidak terdengar, namun rasa sakit di dada Nasya semakin menjadi-jadi.
“Nasya!” Seru Naren, ia berlari menghampiri Nasya.
Setelah performance tadi, Naren mencari keberadaan Nasya, bahkan ia percakapan singkat Nasya dengan Malvin. Hingga ia mengikuti kemana Nasya berlari.
Naren memeluk Nasya dengan sangat erat, membiarkan Nasya merasa aman dan nyaman disana.
“Keluarin aja suaranya ca, jangan di tahan,” suruh Naren agar Nasya tidak menahan tangisannya.
Nasya berteriak, ia meluapkan semua rasa sakitnya. Tidak peduli jika orang-orang akan menganggapnya aneh.
“Salah ya kalo Nasya jatuh cinta kak?”
“Salah Nasya nyaman sama kak Malvin? Kenapa Tuhan memisahkan kita!” Jerit Nasya.
Naren hanya diam, ia tidak menjawab apapun.
“Nasya hanya ingin hidup dan jatuh cinta terus bahagia Saman kak Malvin.”
“Ikhlasin ya ca?” Ucap Naren. “Mungkin Tuhan punya rencana lain untuk kamu.”
Memang rencana Tuhan tidak ada yang tau.
Namun kenapa Nasya harus mengalami ini? Nasya sangat benci perpisahan, disaat dia sudah menemukan cinta sejatinya, kenapa Tuhan malah memisahkan dirinya dengan cinta tersebut?